Saturday, November 11, 2017

Jodoh Siapa yang tau Cerpen remaja



 JODOH SIAPA YANG TAU?

Cover edit by Nurazizahindah
 “Apa?! Penjelasan apa lagi yang harus aku dengar han?”

“Semua tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan Ge.”
“Aku sudah berusaha sabar selama ini Han. Aku sudah bertahan selama ini. Kamu? Sudah berapa kali aku lihat kamu sama gadis itu. Apa kurang ku Han? Apa?”
“Aku denganya tidak ada hubungan apa-apa Ghea. Dia temanku, dia sahabatku. Aku denganya bersama untuk melakukan diskusi untuk jurnalku!”
“Jurnalmu? Lantas kau anggap aku apa? Aku juga bisa membantumu.”
“Susah ya, kalau udah emosi. Plis ge, dewasa sedikit. Aku tau kamu pun bisa membantuku tapi aku tidak buta. Aku tau kamu sibuk dengan tugas KKN mu. Aku tidak ingin menganggu itu.”
Ghea terdiam. Ia memejamkan matanya ada rasa bersalah disana. 
“Udah ya Ge. Oke, aku minta maaf karena aku terlalu dekat dengan Nissa. Tapi, tolong mengerti sedikit. Nissa sahabatku dari kecil, ia juga anak sastra dan aku yakin ia bisa membatu julnalku. Itu saja Ge, tidak ada maksud lain.”
Ghea tetap terdiam. Ia menarik nafas dalam-dalam,..
“Kita akhiri saja Han. Aku tau 3 tahun bukan waktu yang sedikit tapi, itu yang terbaik.”
“Putus? Hanya karena ini? Semudah itu? Gila..”
“Benar Aku gila karena cinta! Maka dari itu, kita akhiri semua ini!”
“Kamu sudah tidak mencintaiku? Apa salah ku? Aku mencintaimu dengan tulus GHEA! aku dengan sabar menjagamu selama 3 tahun dan kamu...”
“Cara kita yang salah Farhan! Cara kita. Sudahlah, Jika memang ada itikad baik dalam hatimu dan kau masih mencintaiku. Maka aku akan menunggumu datang kerumahku.”

            Farhan diam. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Nafasnya naik turun, ia mungkin mencoba untuk sabar dan memahami maksud dari Ghea gadis yang selama 3 tahun ini menemaninya dalam suka maupun duka.

            Perlahan kaki itu meninggalkanya. Melangkah dengan menjatuhkan benda yang selama ini menjadi simbol cinta mereka. Gelang dengan inisial huruf ‘F’ ditengahnya itu sudah tergeletak tak berdaya di tanah yang usang. 

            Air mata itu pun berderai tanpa persetujuan sang pemiliknya. Membuat aliran sungai kecil dengan isakan kecil sang pemilik. Tangan tak kasat mata mencoba untuk menguras lebih lagi hatinya, mencabik-cabik hingga tak tersisa. Ah, haruskan se-menyakitkan ini? Ya, ia harus kuat. Inilah yang terbaik untuk dia dan cintanya.

PAGI ITU, Ghea berjalanan dengan semangat barunya. Semalam ia mendapat wejangan yang amat sangat membuatnya move on dari masalahnya. Ia mendapat wejangan itu dari sahabatnya. “Barang siapa yang meninggalkan sesutau karena Allah, Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Ghea, Allah pasti akan menenangkan hati yang terkoyak akan kepedihan apapun itu alasanya. Kembalikan semuanya pada sang maha pemilik cinta hingga, hati kembali diletakan dengan sempurna dan tersembuhkan. Apa yang sudah kamu lakukan itu benar. Pacaran itu memang dilarang oleh agama kita. Apa untung nya dari pacaran? tidak ada Ghea. Mari kita samaa-sama terus memberbaiki diri ya.” 

Ghea selalu bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang membawanya dalam ketaatan. Kesadaran Ghea perihal larangan pacaran sudah ia pahami sejak 1 tahun lalu. Hanya saja, ia takut, takut jika suatu hari nanti kehilangan sosok Farhan yang selalu ada untuknya. Namun, ia lupa bahwa ada yang benar-benar selalu ada untuk dirinya yaitu Allah Ta’ala. Ghea tau, ia lalai akan hal itu. Sekarang, Ghea akan menembus kesalahanya dengan mencintai Allah dengan seutuhnya. Menjadikan Allah nomor satu dalam hatinya. 

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kamu jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kamu lupa akan pedihnya rasa sakit. – Ali bin Abi Thalib-

Waktu menunjukan pukul 12.20 dan itu sudah memasuki waktu dzuhur. Setelah kelas selesai, Ghea bergegas untuk melaksanakan sholat dzuhur. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Farhan dengan gadis itu. Gadis yang akhirnya membuat Ghea berani untuk mengakhiri hubunganya dengan Farhan yang sudah berjalan selama 3 tahun.

Farhan melihat Ghea dengan tatapan nanar dan sinis. Ghea yang selalu tampil modis kini berbalut gamis dan kerudung yang panjang hingga jilbab yang ia kenakan hampir menutup setengah badanya. Ghea tetap berjalan santai hingga..
“Ternyata tidak ada sama sekali raut rasa sedih di wajahmu Ghea. Semudah itu kamu melupakan ku?” 
Ghea terdiam. Menghentikan langkahnya sesaat..
“Tidak aku sangka, gadis selugu kamu bisa menyakiti hati seseorang dengan begitu sadis.Apa karena jilbab itu kamu meninggalkan ku? itu bukalanlah asalan yang kuat untuk memutuskan hubungan kita. Aku akan menerima dirimu apa adanya tapi, ternyata rasa cinta itu telah hilang sinar ditelan waktu dan egomu.”
Ghea melanjutkan langkahnya yang terhenti dengan rasa sakit dalam hatinya. Farhan begitu menamparnya. Namun, ia tidak ada niat sama sekali untuk menyakiti hati seseorang tertutama Farhan. Justru Ghea ingin menyelamatkan dirinya dan Farhan dalam jurang kemaksiatan.

Air wudhu masih membasahi wajah Ghea yang terlihat ayu. Ia tenggelam dengan bacaan dan gerakan sholat yang membuatnya semakin khusyuk.
  
“Yaa Rabb, aku sama sekali tidak ada niatan untuk menyakiti hati seseorang. Jika benar aku sudah menyakiti hati seseorang maka maafkan aku. Dan, bila kau mengizinkan aku jatuh cinta kembali maka, buatlah aku mencintai seseorang yang akan menambahkan kecintaanku pada Mu. Untuk saat ini, biarlah cintaku dan cintanya tumbuh dan bersemi dalam do’a. Dan, bila saatnya tiba aku ingin cinta ini menggema memenuhi seluruh ruang dalam dunia ini.” Lirih Ghea 

WAKTU TERUS BELALU. Satu tahun sudah terlewati, Ghea kali ini sudah memasuki semester 8 dimana tiga hari lagi ia akan menjalani sidang. Ghea sudah mantap dengan skripnya, yang bahkan membuat pembimbingnya kagum. Ghea yakin, Allah selalu memiliki cara untuk membuat hambanya taat kepadanya.

“Eh Ghe. Ada kabar kalau Farhan mau nikah sama Nissa ya?” 
“Oh, Alhamdulillah.."
“Loh kok Alhamdulillah?” 
Ghea terkekeh.“Ya, Alhamdulillah ternyata dia mendapatkan cintanya. Dan, Nikahkan? Setidaknnya mereka udah ga pacaran He-he-he 
“Kamu ga patah hati gtuh?”
“Lah, kenapa harus patah hati.Itu sudah 1 tahun yang lalu. Dan, Allah sudah menulis jodoh kita masing-masing kok.”

Ghea tersenyum. Mengenai tentang Cinta dan jodoh, selebihnya ia pasrahkan kepada sang pemilik cinta, Allah. Ghea percaya, karena cinta yang suci adalah cinta yang membuat kita semakin dekat pada sang pemik cinta. 

Setelah  menjalani sidang, Alhamdulillah Ghea lulus dengan nilai hampir sempurna. Usahanya selama ini tidak sia-sia. Ghea berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai sarjana Komputer. Ah, ia sudah tidak sabar untuk nanti wisuda dan melihat ayah ibunya tersenyum bangga.

Dibalik itu semua, ada seseorang yang tengah tersenyum pula. Melihat Ghea yang sedang bersuka cita. Ia, memilih diam enggan menunjukan jati dirinya. Dalam hatinya saat ini bukanlah waktu yang tepat, sebentar lagi. Ya, sebentar lagi...

WAKTU WISUDA TIBA. Hari itu Ghea tampil cantik dengan toga yang ia kenakan dan make up nya yang natural. Ghea di apit dengan kedua orang tuanya. Perjuanganya selama 3 tahun setengah terbayar sudah. Ia, melangkahkan kakinya menuju panggung. Dengan senyum merekah dibibirnya Ghea menggapai tangan Dosenya dengan Tadzim. 

Jepretan kamera tidak melunturkan wajah cantik Ghea hari itu. Ghea merangkul para sahabatnya dengan beribu-ribu ucapan terima kasih. Dan, hari itu Ghea lewati dengan rasa syukurnya kepada Allah Ta’ala.

Sore itu Ghea tengah memandang senja dengan khidmat. Senyumnya masih saja merekah. Hingga, suara ketukan pintu terdengan nyaring ditelinganya.

“Ada seseorang yang ingin menemuimu.” Ujar Ayah Ghea dengan senyum yang baru Ghea liat. 
“Siapa?” Tanya Ghea menasaran. 
“Bersiaplah, pakailah pakaian sebaik mungkin, setelah itu bawa napan yang sudah Ibumu siapkan di dapur.”
Ghea hanya menggangguk dan bergegas untuk melakukan apa yang diucapkan Ayahnya.

Ghea menggunakan gamis warna merah maroon. Jilbabnya yang senada membuatnya semakin anggun. Ia membawa napan berisi 4 teh hangat. Dengan rasa penasaran Ghea melangkah menuju ruang tamu.
Hingga.

“Duduk sini nak.”

Ghea duduk tepat disamping Ibunya. Dadanya berdesir setelah mengetahui siapa yang bertamu sore itu. Dan, ia adalah Revan anak fakultas Teknik yang sudah terkenal dengan suaranya yang indah dan merdu saat melantunkan ayat suci al-qur’an. Dan, ia adalah salah satu pengagum suara Revan saat menjadi imam di masjid kampusnya.

“Kamu pasti bertanya-tanya ada apa. Jadi begini nak, maksud dan tujuan Revan beserta kedua orang tuanya bertamu adalah ingin meminang kamu untuk menjadi istri Revan. Ayah sudah berunding dengan Ibu dan kami setuju. Sekarang, semua keputusan ada pada dirimu.” Ujar Ayah Ghea dengan lembut 

Wajah Ayu Ghea merona. Bibir tipisnya tersenyum malu. Ia mengangguk pertanda setuju.“Jika Ayah dan Ibu setuju makan Gheapun begitu.”

Semua mengucapkan syukur dan tersenyum. Revan terlihat menatap Ghea dengan lekat. Sungguh bidadari itu nyata dan contohnya adalah Ghea.

Ghea mengajarkan kita bahwa tidak ada yang lebih sempurna cintanya jika bukan karena Allah SWT. Ghea juga mengajarkan kita bahwa meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan ganti semuanya dengan yang lebih baik. Dan, ketika apa yang kau harapkan atas cinta tak kunjung ada, janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang-ngulang do’a. kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, Allah akan hadirkan yang lebih indah. 

Wassalam,
Indah Siti Nurazizah,
23 juli 2017-21.23

untuk melaksankan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. Makasih :D





2 comments:

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...