cover image by Nurazizahindah |
Indah Siti Nurazizah
Aku hanya menjadi pereda rasa
sakitnya,
bukan menjadi obat penyembuh dari luka dimasa lalunya.
-Anna-
Aku tidak tau aku benar apa salah,
melepasnya pergi begitu saja dengan sosok dimasa lalunya. Seharusnya aku tau
ini sejak awal. Hanya saja rasa egoisku mengalahkan semuanya. Hingga, aku
benar-benar harus melepasnya. Semakin aku mempertahankannya semakin pula aku
merasa bawa ia semakin jauh dariku.
Aku hanya tidak ingin memaksa perasaan-nya
yang memang bukanlah untuku. Aku kira rasa yang ada dalam hatinya sekarang
seutuhnya miliku. Namun, kenyataanya TIDAK, Tidak sama sekali. Dari awal
perasaanya memang bukan untuku. Ya, bukan untuku. Aku hanya menjadi pereda rasa
sakitnya, bukan menjadi obat penyembuh dari luka dimasa lalunya.
---
2 bulan sebelum aku memutuskan dirinya ---
“Anna,
cepatlah aku tidak ada waktu lagi. 1 jam lagi aku ada kelas.” Ujar Fathir
kekasih yang sudah 1 tahun ini bersamaku.
“Iya,
bentar. Tugas pak Tomi aku lupa menyimpanya.”
“Yaaaah.
Kamu ini memang ceroboh ya An. Aku duluaan deh kalau kamu masih lama. Pake
Gojek aja. Aku duluaan ya.” Fathir dengan berlalu pergi meninggalkan Anna yang
masih sibuk mencari buku tugasnya.
“Ketemu!
Fathir, Bentar aku udah nemu. Fathir...”
Terlambat,
Anna pagi ini harus berangkat sendiri. Fathir sudah menginjak pedal gasnya
mobilnya dengan cepat. Anna membuang nafas beratnya, akhir-akhir ini Anna
merasa Fathir berbeda 180 derajat dari Fathir yang Anna kenal. Ah mungkin dosen
pagi ini memang mengharuskan Fathir untuk bergegas kekampus. Pikir Anna dengan
seutas senyum diwajahnya.
Anna
sampai dikampus dengan wajah suram. Bagaimana tidak tadi saat ia menunggu Gojek
kaki Anna terkilir dan ia pun terkena percikan air sisa hujan tadi malam.
pakaian yang ia kenakan sekarang penuh dengan lumpur. Anna ingin kembali
kerumahnya untuk ganti pakaian hanya saja 15 menit lagi kelas akan dimulai.
Anna kembali membuang nafas beratnya, memutarkan bola matanya dan melangkahkan
kakinya menuju kelas.
***
“Ya
ampun Anna. Lo abis dari sawah?” ujar Tania sahabat karib Anna.
“Plis,
gue ga mau ngejelasin apa-apa. Gue Capek!”
“Lo,
naik Gojek? Fathir emang kemana?”
“TAU,
Gue ga ngurusin dia.”
“Lo
bertengkar? Pantesan tadi gue liat dia sama anak baru di Fakultas seni.”
“Anak
baru? Fakultas seni? Siapa? Cewe?”
“Weist!
Kalem kali nanya nya. Iya, anak baru, Fakultas Seni dan CEWE!” Anna memejamkan
matanya. Oh apa ini alasan kenapa akhir-akhir ini Fathir selalu semangat ke
kampus? Apa ini alasan Fathir selalu meninggalkanya hanya karena hal sepele?
Ya, Anna sekarang menemukan jawabanya.
Setelah
kelas pagi berakhir, Anna memutuskan untuk pergi ke kantin. Namun, sebelum ia
pergi kekantin Anna mengunjungi terlebih dahulu Fakultas Seni dan coba mencari
petunjuk yang sejak tadi pagi menghantui hati dan pikiranya.
Anna
menghentikan langkahnya saat seorang wanita tengah melambaikan tanganya kepada
seorang pemuda yang ia kenal. Keduanya lantas tertawa bersama dan sama-sama
melangkahkan kakinya entah kemana.
Perlahan
pandangan Anna buram, air matanya ternyata sudah berderai membentuk
sungai-sungai kecil. Anna mengepalkan tanganya, menahan sekuat mungkin
emosinya. Tangan tak kasat mata terus meremas hatinya. Cukup, kali ini Anna
harus cari tau siapa wanita itu.
“Dia
anak pindahan dari Universitas di Jogja. Namanya Serlly, dia emang selebgram
banyak fansnya. Gue kira lo tau siapa Serlly, yang gue tau dari gosip kelas gue
kalau Serlly itu mantan Fathir An. Mereka dulu satu SMP. Sempet pacaran selama
2 tahun dan katanya Sherlly itu cinta pertama Fathir. Fathir diputisin karena
dia milih sekolah SMA di jakarta. Emang Fathir ga pernah cerita sama lo? Menurut
gue, mending lo bicarain semuanya baik-baik sama Fathir, dari pada lo makin
sakit hati. Secara cinta pertama itu sulit loh untuk dilupakan. Sorry ya An,
bukanya gue panas-panasin hubungan lo sama Fathir. Gue cuman ga mau lo sakit
hati.”
Anna
terdiam “Secara cinta pertama itu sulit
loh untuk dilupakan.” Kata-kata itu bagaikan ribuan jarum yang menusuk hati
Anna. Justin benar. Kemana ia selala ini kenapa ia tidak tau gelagat Fathir
yang berbeda. Anna kembali meneteskan air matanya, mengapa hatinya sesakit ini.
Mengapa Fathir begitu tega bermain dibelakangnya, jika memang ia tidak bisa
melupakan sosok dimasa lalunya, mengapa ia harus menjadikan Anna hanya sebagai
pereda rasa sakitnya bukan menjadi obat untuk menyembuhkan seluruh luka dimasa
lalunya.
Kata
itu datang lewat hati yang kian dalam. Rasa sakit seperti mengisi pena untuk
menuliskan rangkaian kata demi kata dikertas yang usang. Sunyinya malam semakin
memperindah kata demi kata yang ia rangkai. Hembusan angin menghebas rambutnya
dengan lembut, membelai wajahnya yang sendu.
Anna
memutuskan akan membicarakan semuanya besok saat pulang kuliah. Anna harus
bicara baik-baik dengan Fathir. Jujur saja, Anna tidak ingin kehilangan Fathir.
Anna rasa Fathir adalah sosok yang selama ini ia cari. Namun, kedatangan
Sherlly benar-benar mengubah semuanya. Fathir yang selama ini ia cintai kini
tidak memiliki arti.
Ke-esokan
harinya. Belakang kampus dengan langit yang mendung...
Anna
membenarkan posisinya, berusaha menahan rasa sakit dan egoisnya. Tanganya ia
kepal dengan kuat, jangan sampai air matanya jatuh didepan Fathir. Setelah
menunggu 30 menit ditaman belakang kampus sosok yang ditunggu-tunggu Anna kini
menghampirinya. Dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun, Fathir duduk
disamping Anna dengan wajah datar seolah-olah memasang wajah malas.
“Ada
apa?”
“Kok
telat?” tanya Anna memasang wajah seperti biasa.
“Ada
kelas kan.”
“Loh
bukanya dari 1jam yang lalu udah bubaran ya? Sibuk banget akhir-akhir ini.”
“Udah
keintinya aja ada apa? Kalau mau bahas kenapa akhir-akhir ini kita jarang
ketemu. Iya karena aku sibuk.”
“Sibuk
jalan bareng mantan?” ujar Anna membuat alir wajah Fathir berubah derastis.
Anna
menarik nafasnya dalam-dalam. Fathir masih terdiam, mungkin shook karena Anna
mengetahui alasan kenapa akhir-akhir ini ia sibuk. Anna mengeluarkan nafas
beratnya. Haruskah sesakit ini? Anna sudah berusaha sebisa mungkin agar tidak
terlihat lemah didepan Fathir namun nyatanya ia tidak bisa. Air matanya menetes
begitu saja, tangan tak kasat mata terus meremas hatinya dengan kuat.
“Jika
masih ada dia dihatimu, untuk apa 3 tahun ini kita sama-sama? Untuk apa kamu
buat aku jatuh cinta, untuk apa kamu buat aku mengharapkan lebih dari sekedar
pacaran? Jika jujur dari awal, aku tidak akan sesakit ini Thir. Kamu harus tau,
kamu adalah sosok pemuda yang pertama mengatakan cinta dengan tulus padaku.
Prinsip ku untuk tidak pacaran aku patahkan dengan menjalin hubungan dengan mu
selama itu.”
“Aku sudah memikirkan ini setelah tau hatimu
bukanlah untuku. Sekarang aku sadar siapa diriku dimatamu. Aku hanya sekedar
pereda rasa sakitmu bukan menjadi obat penyembuh rasa sakitmu. Air mata ini
entah mengapa mengalir begitu saja, mungkin melepasmu itu sulit untuku. Tapi
aku lelah Thir, aku tidak tau harus bagaimana. Aku juga ingin seperti
teman-teman lainya, menjalin hubungan hingga pelaminan. Tapi harapan itu harus
runtuh saat aku tau kau bukan miliku. Mulai dari sekarang aku akan
melepaskanmu. Kau boleh kembali kemasa lalumu. Cinta pertama memang sulit untuk
dilupakan. Berbahagialah, do’akan aku juga, semoga hatiku tidak benar-benar
hancur.”
Anna
beranjak dari tempat duduknya. Fathir masih diam dengan seribu bahasa. Tidak
berusaha untuk mengatakan 1 katapun untuk Anna. Bahkan, Anna pergipun Fathir
tidak meliriknya sama sekali. Sepudar itukan rasa cinta Fathir kepada Anna.
Bahkan, hubungan mereka lebih lama dibanding hubungan Fathir dengan Sherlly.
---
Anna
membantingkan tasnya dengan kasar kelantai kamarnya. Tubuhnya dibaringkan dengan
keras kekasur kingsize nya. Hatinya masih sakit, sakit. Air matanya pun masih
belum mengering, malah semakin deras mengalir. Anna memutuskan untuk mengambil
air wudhu dan mengadukan semuanya pada sang pemilik hati. Allah..
Anna
merebahkan dirinya diatas sajadah, ini mengapa Allah melarang hambanya untuk
pacaran. Allah tidak ingin hambanya sakit hati, Allah tak ingin hambanya
mencintai makhluknya lebih dari hambanya mencintai Allah. Anna tau, keputusan
awal ia pacaran memang salah. Anna tau apa yang diperbuatnya salah. Anna,
merendahkan dirinya serendah-rendanya pada Allah Ta’ala. Sekarang biarkan Anna
mencintai Allah dengan segenap rasa dihatinya. Biarkan hatinya dipenuhi dengan
rasa cintanya pada sang memilik semesta. Karena Allah selalu mencintai hambanya
yang mau bertaubat.
---
1
minggu setelah Anna memutuskan hubungan dengan Fathir, hidup Anna terlihat
teratur. Jilbabnya kini mentutup setengah tubuhnya, kajian yang dulu Anna
lewatkan kini tak pernah sekalipun Anna absen untuk mengikutinya. Allah selalu
punya cara untuk menyadarkan hambanya dari sebuah kesalahan. Biarkan cinta nya
kali ini hanya untuk Allah Ta’ala.
Anna
melangkahkan kakinya dilorong kampus. Sekarang Anna lebih dikenal karena
ke-Alimanya. Meskipun, anak-anak dikampus sering mengunjingnya karena kesalahan
dimasa lalunya. Namun, inilah Anna yang baru. Yang tak hanya mengubah pakaianya
menjadi Syar’i namun juga hati dan Akhlaknya.
Anna
mempercepat langkahnya saat sadar bahwa jam kuliahnya akan segera dimulai.
Namun, langkahnya terhenti saat seseorang menghadangnya dan hendak menggapai
tanganya.
“Astagfirullah..”
Ujar Anna menepis tangan yang belum Anna lihat siapa memiliknya.
“Eh,
Maaf An.”
“Fathir?”
Dan, sekarang Anna tau siapa pemilik tangan tersebut. Anna buru-buru menundukan
kepalanya. Ia, tidak ingin hatinya goyah.
“Buru-buru
ya?”
“Ya.”
“Aku,
mau ngomong sebentar boleh? Aku mau jelasin semua nya.”
“Ga,
ada yang perlu dijelasin. Kamu perbaiki diri kamu, tolong jangan kasih harapan
lagi untuk wanita yang sekarang bersamamu. Dia butuh kepastian aku yakin itu.”
“Makasih
sudah memperhatikan. Tapi, Aku denganya ga ada hubungan apa-apa.”
“Ada
atau tidak itu bukan urusanku. Maaf aku ada kelas. Assalamu’alaikum.”
“Tapi,
An.. Anna.”
Anna
berlari menjauhi Fathir sebelum ia benar-benar jatuh kembali kejurang
kemaksiatan. Ini yang selalu Anna takutkan, ia kembali melihat bayang-bayang
dirinya dimasa lalu. Ingin rasanya ia cepat lulus agar tidak bertemu kembali
dengan Fathir ia benar-benar tidak ingin membuat sang pemilik cinta cemburu
lagi padanya.
Setelah
kejadian tadi, Anna berusaha untuk melupakanya meskipun genggaman itu masih ia
rasa. Anna kembali berdiam diri di masjid kampusnya, membaca ayat demi ayat al-qur’an.
Hatinya tenang jika sudah begini, setelah itu Anna yakin semua gelisah
dalam hatinya akan hilang.
Setibanya
dirumah Anna dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tidak asing untuknya. Seorang
pemuda yang dulu sempat menjadi kakak kelas semasa SMA-Nya. Pemuda itu masih
menundukan pandanganya, diapit oleh kedua orang tuanya yang tersenyum manis
kepada Anna. Ayah dan Ibu Annapun sama, menggapai tangan Anna dan rona merahpun
tampak diwajah Anna yang terlihat semakin bersinar.
“Baik
mana kabarmu Anna, sehat?” ujar ayah pemuda itu.
“Alhamdulillah
sehat pak, bagaimana kabar bapak sekeluarga?” Anna masih dengan rona merah dan
jantung yang berdegup kencang.
“Alhamdulillah
seperti yang bisa kamu lihat kami sehat, pasti kamu betanya-tanya ada apa
bukan? Begini Anna. Setelah tadi mengobrolkan semua nya dengan ayahmu, kami
datang bermaksud untuk meminangmu. Kamu masih ingat Zaid bukan? Dia ternyata
menyukaimu dari semenjak SMA dan ia enggan mengatakanya padamu karena ia tahu
ia belum memiliki apapun untuk menghalalkanmu. Kini, sekaranglah waktunya, Ayah
dan ibumu setuju, sekarang bagaimana dari mu nak?”
Anna
diam, ia mencoba mengatur detak jantungnya. Anna mengangguk,“Anna bersedia.” Semua
tersenyum terlihat air mata disudut mata Zaid, pandangan mereka bertemu namun
Zaid segera menundukan kembali wajahnya.
“Ada
yang mau kamu sampaikan nak Zaid?” ujar ayah Anna.
“Ada
pak, sebelumnya terimakasih Anna kamu sudah menerima lamaranku. Meskipun kita
sudah lama tidak bersua kau begitu yakin denganku. Pertama melihatmu aku yakin
bahwa kau lah yang akan melengkapi separuh agamaku. Aku tidak ingin
gombal-gombalan atau sebagainya. Inilah bukti aku menyukaimu dan aku
mencintaimu. Semoga Allah memudahkan perjalanan kita kedepanya. Semoga dengan
bersama mu surga lebih dekat. Terimakasih.”
Begitulah
cara Allah untuk mengembalikan hambanya agar tidak terjerumus kepada cinta yang
salah, inilah cinta yang sesungguhnya. Dear, wanita itu tidak butuh janji-janji
manis tapi ia butuh kepastian. Wanita itu tidak ingin menunggu tapi ia ingin
semua berlabuh pada ikatan suci pernikahan. Untuk kalian yang masih mencari
pasangan hidup, dan sudah jatuh cinta disaat belum yakin dan siap, percayalah
itu hanya cinta sesaat kelak diwaktu yang tepat Allah akan hadirkan ia, dia
yang akan melengkapi separuh Agamamu. Menggapai
cinta hingga kesurga.
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”
(HR. Al Baihaqi, shahih)
No comments:
Post a Comment