"NANTIKAN KU
DIBATAS WAKTU"
original image-Nurazizahindah |
Aku terhanyut bersama sunyi nya malam,
Aku merayu meminta pada sang pemilik cinta. Aku mengadu. Meminta,
meronta,merebahkan diri dan semoga sang pemilik cinta, berkenan untuk mendengar
disepertiga malam. Embun menetes meski pagi jauh menyapa, angin malam
sayup-sayup masuk melalui sela-sela jendela. Menusuk badan mendinginkan jiwa.
“Ya, Rabb hati ini milikmu, semua
ini akan kembali padamu. Biarlah dihadapanmu saja aku rebah tapi, dihadapan
manusia aku tabah. Ya, Rabb maafkan aku jika aku menantikan seorang hamba mu.
Hamba mu yang selalu aku ucapkan nama nya disepertiga malamku. Dia yang aku
harapkan, bisa membimbing ku didunia dan diakhirat. Dia yang akan melengkapi
separuh agama ku. Ya, Rabb maafkan aku. Maafkan aku jika dengan rasa suka
terhadapnya melebihi rasa suka dan cinta ku pada mu. Maka dari itu, Kelak jika
ada seseorang yang mencintaiku. Maka, biarkan dia mencintaiku karena mu. Agar
bertambah kekuatanku untuk mencintaimu. Amiin.. Amiin.. Yarabal’alamin.”
Ku kejamkan mata ku, meski sebentar
lagi kumandang suara adzan terdengar. Mataku sudah meminta bagian nya, meminta
untuk dipejamkan dan istirahat setelah aku mengagu nya karena panggilan sang
illahi. Benar, kini seruan yang sangat besar pahalanya itu terdengar. Sangat
indah, sangat menggugah jiwa. Suara ini selalu aku nantikan peristiwa subuh
yang selalu menyisakan embun setelah mendengarnya.
Suara nya sungguh ternyiang
ditelinga, membuat siapa saja yang mendengar ingin segera melaksanakan perintah
sang pemilik alam semesta. Muhammad Azmi Syirazi pemuda yang tengah
mengumandangkan adzan dengan indah dan merdu. Dia, yang selalu membuat embun
jatuh dikelompak mataku. Dia, yang selalu aku ucapkan nama nya disepetiga
malamku. Dia, yang aku harapkan bisa melengkapi separuh agamaku.
Kini pagi menyapa, setiap pagi aku
selalu melihat nya. Melihat nya yang tengah berkutat dengan kitab kuning yang
ada dalam genggaman nya. Aku memang seorang putri sang kyai tapi aku juga
santri seperti yang lain. Azmi adalah santri kebanggan Abi Syahab. Bahkan kami
sudah dijodohkan. Namun, Azmi tampak nya tidak tergunggah dia masih belum menjawab
tawaran Abi yang meminta nya untuk menghitbahku.
Hatiku sakit, dada ku sesak. Jika
aku ingat raut wajah Azmi saat dia memilih untuk menolak dijodohkan denganku
karena alasan aku ini siapa dan dia itu siapa. Bukankah, Cinta tak perlu
memikirkan sebuah tatahta? Tak perlu memikirkan sebuah kasta? Yang aku butuhkan
hanya ridha, cinta yang akan menghartarkan sebuah pasangan menuju surganya.
Hingga satu tahun sudah, saat
penolakan Azmi. Aku jatuh sakit. Kata dokter hidupku tidak akan lama lagi.
Setiap hari hatiku merasa kegelisahan yang luar biasa. Azmi hanya melihatku
dengan iba. Meski sesekali ia datang melihat ku, dan memberikan senyum dahsyat
nya untuku. Tapi, rasa nya belum lengkap jika ia belum menjadi imamku. Aku
ingin membelai wajah nya. Aku ingin mengusap mata nya yang selalu memancarkan
sebuah ketengan jiwa. Aku ingin memeluk tubuhnya yang selalu meminta untuk
sebuah kehangatan.
Kini, sakitku semakin parah. Aku
rasa waktuku semakin dekat. Aku meminta Abi Syahab untuk mengundang Azmi
kerumah. Aku ingin mengucapkan sepatah dua patah untuknya. Aku ingin mendengar
suara nya. Aku ingin melihat mata nya. Aku ingin melihat tubuh nya. Yang
mungkin tidak akan pernah aku lihat lagi.
Dan, Kini Azmi ada diserambi
rumahku. Abi Syahab dan Umi Aisyah dengan sigap membopong ku menuju kehadapan
Azmi yang hanya tertunduk. Kini, aku ada dihadapan Azmi. Pemuda yang selalu aku
nantikan kedatangan nya. Pemuda yang selalu aku rindukan. Pemuda yang selalu
membuat hati meronta meminta sebuah kepastian.
“Assalamu’alaikum Az. Boleh kah, aku
menatap wajah mu.” Sautku membuka sebuah percakapan yang mungkin akan menguras
tetesan demi tetesan embun yang begitu banyak.
“Wa.. wajahmu pucat sekali Ra! Lebih
baik kamu istirahat.” Ujar Azmi yang mulai menatapku dengan iba dan mata yang
berkaca-kaca.
“A.. Aku ingin melihat dirimu. Aku
ingin melihat wajah mu. Aku ingin melihat matamu. Dan Aku ingin melihat tubuhmu
yang selalu aku rindukan disepertiga malamku. Azmi, 2 tahun sudah aku menantimu
tampa sebuah kepastian. Aku menantimu dengan ketaanku, hingga aku lelah dan tak
sanggup. Az, meski kelak aku pergi jadikan aku bidadari yang pertama dan
terakhir untumu. A.. Aku, akan menunggumu diambang surga. Aku akan menjadikan
mu yang pertama dan terakhir untuku.” Embun yang ku tahan jebol. Aku tak
sanggup menahan tetesan embun yang selalu aku tetesan kan setiap melihat
dirinya yang lugu.
“ Ma.. Maafkan aku. Maafkan aku yang
hanya bisa membuatmu menunggu. Maafkan aku yang hanya bisa membuatmu meneteskan
embun yang begitu menyayat hati. Aku, hanya belum pantas untukmu Ra. Tunggulah
aku, tunggu hingga aku siap menghitbahmu dengan segala kekuranganku. Jangan
tinggalkan aku. Aku ingin menghapus embun yang selalu menetes dikelopak matamu.
Aku ingin menjadikanmu yang halal untuku. Maka, kuatkan dirimu aku
mencintaimu.” Embun menetes dikelopak mata Azmi yang berbinar.
Aku hanya bisa tersenyum, saat
pertama kali nya Azmi mengatakan bahwa ia juga mencintaiku. Hatiku senang,
meski aku tidak bisa lama lagi menemani nya dan menunggu nya hingga ia siap
untuk menghitbahku. Wajahku semakin pucat. Rasa nya aku juga mulai tidak
sanggup untuk membuka mata ini. Tubuhku lunglai, meminta untuk dibaringkan.
Hatiku sudah cukup senang dengan kehadiran Azmi yang membuat hatiku luluh
lantah.
“Az, kini saat nya tiba nantikanku
dibatas waktu. Dimana aku akan melambaikan tanganku dan bersorak memanggil
namamu. Anna uhibbuka fillah.”
Dengan demikian cinta Aira tertanam
sudah dihati Azmi. Meski sang waktu dan pemilik cinta belum sempat menyatukan
hati Azmi dan Aira di dunia. Semoga kelak mereka disatukan disurganya. Menjadi
sepasang kekasih yang selalu ada dalam kasih sayang nya. Menjadikan Aira
bidadari surga.
SELESAI..
untuk melaksankan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. Makasih :D
Semangattt indahhhh
ReplyDelete