Tuesday, September 19, 2017

cerpen - kaca yang berdebu



original image by Nurazizahindah
 Kaca yang berdebu..
by: Nurazizahindah
 
Angin malam membalut wajah Azizah dengan sendu. Desiran angin malam seakan-akan mendayu di indra pendengaranya. Lembut dedaunan dibalik jendela seakan-akan menemaninya dimalam yang sunyi. Sebab hatinya bukan baja maupun besi. Hatinya hanya sebuah kapas yang jika terkena air akan basah dan lusuh.


            Azizah merebahkan dirinya diatas sajadah. Dengan mengenggam tasbih sang penguat jiwa. Kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan kalimat pujian lainya dia lantuntankan dengan suara yang lirih. Azizah mendongkakan wajanya. Mengadahkan tanganya dengan tatapan memohon dan merintih. Sekarang  ia mengerti bahwa ini sudahlah jalanya. Dimana ia akan bersanding dengan orang sama sekali tidak ia cintai.
***
            5 bulan sebelum perjodohan datang..

            Azizah melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia hampir saja terlambat kuliah paginya. Ya, Azizah adalah seorang mahasiswi tingkat akhir disebuah universitas ternama di kotanya. Ia, mengambil jurusan bahasa Arab dan kali ini ia hampir saja tidak boleh diizinkan masuk hanya karena telat 5 menit.

            Azizah bukan bangun kesiangan seperti anak kampus lainya jika terlambat. Hanya saja tadi Azizah menolong seseoarang yang memang sangat perlu bantuaanya. Ditambah, ia juga orang berada namun sangat terlihat sederhana.

            Kelas pagi telah selesai setengah jam yang lalu. Azizah memutuskan untuk pergi kemasjid yang berada dikampusnya sebelum jam kuliah menyapanya kembali. Azizah menghentikan langkah kakinya saat ia menyadari ada seseorang yang menghampirinya dan dengan senyum manis yang menghiasi wajah teduhnya.

            Ya, dia adalah Muhammad Syarif Ilhamsyah. Pemuda yang telah mengisi relung jiwanya selama 5 tahun ini. Syarif adalah mahasiswa tingkat akhir sama seperti dirinya dan ia adalah ketua himpunan kewirausahaan yang ada dikampus ini. Syarif juga mengambil jurusan ekonomi islam. Syarif bukan tidak ingin mengambil jurusan sang sama dengan Azizah. Hanya saja, ia ingin mengubah ekonomi di indonesia sesuai dengan syari’at meski ia akui itu sangat sulit. 

            Sang pemilik cinta mempertemukan Azizah dan Syarif saat ia sama-sama duduk dibangku kelas 2SMA. Meskipun, Azizah dan Syarif beda sekolah. Mereka bertemu saat ada perlombaan Hafiz Qur’an. Dan sata itu pula pandangan mereka bertemu dan timbulah benih-benih cinta yang hingga saat ini tumbuh tersiram do’a.

            “Sendiri? Aulia mana?” tanya Syarif dengan membuka sepatunya dan beranjak masuk kemasjid kampusnya yang luas. Sedangkan Azizah hanya menunduk dan mengangkat bahunya menunjukan bahwa ia tidak mengetahuinya.
            “Nanti, aku tunggu ditempat biasa. Ada yang mau aku omongin.” Ujar Syarif dengan melemparkan senyum mautnya. Syarif tau, Azizah tidak akan membalas atau bahkan menegurnya balik. Azizah adalah gadis yang berbeda dengan gadis lain. Ia menutup dirinya dengan jilbab yang menutup hingga dada dan tatapan mata yang enggan untuk bertemu dengan mata seoarang pemuda sekalipun ia adalah kekasihnya.

            Lantas? Mengapa Azizah menerima dan mau berpacaran dengan Syarif dan sampai waktu yang tidak lama. 5 tahun. Bayangkan? Yah jawabanya tidak ada. Karena semua mengalir begitu saja. Syarif menerima semua komitmen yang sebelumnya ia dan Azizah bangun. Dan komitmen itulah yang membuat hubungan mereka bertahan hingga sampai 5 tahun lamanya. 

            ---
            Matahari kini sudah berada diatas ubun-ubun sinarnya menyinari dunia yang sifatnya fana. Angin sesekali menghembas jilbab dan wajah Azizah dengan kasar. Angin yang mendayupun membuat daun-daun bergoyang dengan syahdu. Azizah melangkahkan kakinya menghampiri seseorang yang telah lama menunggunya. Ya, benar siapa lagi kalau bukan Syarif. Tenang, Azizah kini tidak sendiri ia ditemani dengan temanya yang beberapa menit yang lalu dicari oleh Syarif. Dia adalah Aulia sahabat karib sekaligus orang yang selalu menemaninya jika ia akan bertemu dengan Syarif.

            “Ada apa?” Tanya Azizah dengan duduk disamping Syarif meski tidak berdekatan.
            “Lusa, aku kan melamarmu.” Tutur Syarif dengan memandang Azizah yang terlihat kaget dan dan tidak percaya.
            “Aku tunggu dirumahku.” Balas Azizah dengan menunduk lantas tersenyum penuh syukur. Akhirnya hubunganya yang sebenarnya dibenci oleh Allah kali ini akan menjadi pahala untuknya.
            ---

            Azizah telah sampai dirumahnya yang cukup besar dan megah namun tetap sederhana. Azizah mengernyitkan dahinya. Membuat dahinya berlipat. Ia, dapat melihat jelas rumahnya yang sedikit berbeda. Ada 2 mobil yang asing, dihadapanya. Dengan langkah tidak mau tau dan tidak ingin tahu. Azizah melangkahkan kakinya memasuki rumah dan alangkah terkejutnya Azizah. Ia mendapati kedua orang tuanya tersenyum ditambah sorot mata yang asing dihadapanya.

            Mamah dan Papah Azizah menghampiri Azizah dan merangkul Azizah serta mengajak duduk disampingnya.  Azizah hanya tertunduk saat tatap mata yang asing itu melihatnya dengan tatapan Takjub. Azizah masih belum mengerti mengapa mamah dan papahnya melakukan hal seperti ini.

            “Ini, putri saya Azizah. Dan Azizah ini adalah Raihan. Anak dari tante Marsya dan om Aziz. Masih ingat kan? Mereka akan memintamu untuk menjadi istri dari Raihan.” Ujar sang papah yang membuat mata yang indah yang dimiliki Azizah membulat sempurna. Nafas Azizah tercekat. Detak jantungnya seakan-akan berhenti. Penjelasan sang papah kini menyadarkan Azizah bahwa kini Azizah sedang dijodohkan dengan orang yang benar-benar tidak ia kenali.
            “Saya Raihan, Azizah. Senang berjumpa denganmu. Apakah, kamu lupa denganku? Teman semasa kecilmu dulu? Yang harus pergi karena sebuah pekerjaan ayah dan ibuku.” Jelas pemuda itu dengan raut wajah meyakinkan Azizah.

            Sedangkan dihadapanya, Azizah hanya bisa menunduk menahan rasa sesak didalam dadanya. Hatinya seperti dicabik-cabik diterkam oleh tangan tak kasat mata. Meremas dengan sekuat tenaga hingga hanya rasa sakit yang ia rasakan. Azizah hanya terdiam tak bergeming. Ya, kini Azizah tau siapa pemuda dihadapanya sekarang. Dia adalah Raihan teman semasa kecilnya. Yang meninggalkanya saat ia terpuruk karena tidak memiliki teman selain Raihan.

            Azizah masih diam membisu. Menunduk, menahan rasa sakit yang entah sejak kapan mencabik-cabik hatinya. Azizah berkutan dengan pikiranya. Tidak habis pikir bahwa mamah dan papahnya akan tega melakukan hal demikian. Padahal keduanya sudah mengetahui dengan jelas bahwa ia telah memiliki seoarang kekasih. Yang bahkan esok lusa akan melamarnya. Niat hati ingin memberi kepastian kepada mamah dan papahnya malah Azizah yang diberikan kejutan yang membuatnya jatuh kedasar jurang yang sangat dalam.

            Raihan beserta kedua orang tuanya berlalu meninggalkan rumah mewah yang terkesan sederhana itu. Azizah masih tak bergeming. Terdiam kaku dengan tatapan nanar tak pecaya. Ia, akan dijodohkan dengan teman semasa kecilnya dan ia tidak bisa mengelak karena kedua orang tuanya sudah berjanji dan akan menikahkan dirinya dengan Raihan. Orang yang benar-benar tidak ia cintai.

            Egoisakan kedua orang tuanya? Ya sangat! Kalau boleh Azizah ingin berteriak dan membentak kedua orang tuanya. Tak sadarkah bawa diluarsana ada pemuda yang siap menjadi calon imanya, yang akan melengkapi separuh agamanya. Butiran kristal bening begitu saja meluncur dari sudut mata Azizah. Meski tetap dalam posisinya , terduduk diam dan menunduk.

            “Putuskan Syarif sekarang juga! Raihan lebih baik dari Syarif. Ia lulusan Kairo dia sudah menjadi doktor muda diusianya yang tidak terpaut jauh darimu.” Ujar Papah Azizah tenang seolah-olah ia tidak memikirkan semua perasaan anak gadisnya dan butiran kristal yang menetes dikelopak matanya.

            Azizah mendongkakan kepalanya tak percaya. Sesak, sakit, pedih semua dirasakan oleh Azizah. Ia tau sang papah tidak main-main dengan kata-kata nya. Azizah tau, sang papah pasti akan melakukan hal apa saja demi membuat dirinya tidak jatuh kedalam jurang. Tapi, pantaskan seoarang ayah membiarkan anak gadisnya terluka? Terluka dengan 2 pilihan yang sangat mencabik-cabik hatinya? Azizah tidak akan mungkin membantah semua ucapan papahnya. Tapi ia juga tidak ingin menggoreskan luka dihati seorang pemuda yang telah menjaga kesuciaanya dan kepercayaanya selama 5 tahun ini. 

            Beritahu apa yang harus Azizah lakukan sekarang..

            “Apa?” dengan suara yang parau dan pelan hanya itu yang keluar dari Mulut Azizah. Azizah ingin sekali memberitahu kepada papah dan mamahnya bahwa ia sangat MENOLAK perjodohan ini dan Azizah akan segera dilamar oleh pujaan hatinya yang benar-benar ia cintai.
            “Tidak baik menolak, niat baik seseorang! Cepat putuskan hubunganmu dengan pemuda itu. Papah dan mamah akan mengurus proses ta’aruf kamu.” Tutur papah Azizah kembali. Dan saaaakkiiiiitttttttt! Sakit yang dirasakan Azizah. Hatinya benar-benar sudah menjadi kepingan kaca remuk tak tersisa.

            Mamahnya? Ya, Azizah hanya menatap sang mamah dengan tatapan memohon menjelaskan bahwa sorot mata yang sudah penuh dengan airmata itu meminta untuk menghentikan perjodohan ini. Ia tidak ingin memutuskan hubunganya dengan pemuda yang ia yakini ialah yang layak menjadi imam dikehidupanya yang akan mendatang. Menghabiskan sisa usia yang masih diberi oleh sang maha pencipta.

            Setalah 2 hari masalah itu bergantung dan tidak menemukan titik akhirnya. Azizah memutuskan untuk menerima semuanya. Azizah dengan berat hati menerima pilihan yang sudah ia tetapkan dengan semua resiko yang akan menghampirinya. Azizah yakini bahwa dengan pilihanya ini membuatnya bahagia dan bisa bernafas normal kembali.

            Azizah menanti seseorang ditaman dekat kampusnya. Azizah, kini memutuskan untuk bertemu pemuda itu sendiri tanpa ditemani siapapun. Azizah menyiapkan semua kata-kata dalam hatinya, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkanya berharap sesak dalam dadanya berkurang.

            Langkah kaki terdengar mendekati Azizah. Ia yakini seseorang yang ia tunggu-tunggu sudah berada dibelakangnya. Azizah tidak berani menatap mata seseorang itu. Melihat lekuk wajahnya yang sudah memiliki tempat terindah dihatinya. Tubuhnya sekan-akan kaku, tidak bisa berbalik dan menghadap kepada orang itu. Ya dia adalah Syarif pemuda yang sudah memiliki tempat spesial dihatinya. Seorang pemuda yang ia yakini akan menjadi imamnya. Seoarang pemuda yang akan membawa, mengapingnya bersama-sama menghabiskan sisa usia mereka dengan bersama-sama merengkuh ridha dari sang maha pencipta.

            Hening. Hanya gemuruh angin yang berderu menabrak indah tubuh mereka yang sama-sama berdiri terdiam kaku. Azizah masih berdiri membelakangi Syarif yang telihat khawatir dan juga bingung. Apa yang akan Azizah katakan padanya. Dan kini Syarif semakin gelisah saat terlihat bahu seorang gadis dihadapanya bergetar hebat. Seselaki sebuah isakan kecil terdengar membuat hatinya sesak dan sakit.

            “Ada apa?” Syarif mengawali perbincangan mereka yang beberapa saat lalu hanya keheningan yang ia rasakan. 

            Azizah masih berusaha mengontrol semua rasa sesak yang semakin membuncah didadanya. Hatinya meraung-raung menjerit. Bahwa, ia jangan mengatakan hal bodoh itu. Jangan! Jangan katakan! Tapi, inilah keputusanya. Azizah tidak ingin membuat Papah dan mamahnya kecewa hanya karena anak gadis satu-satunya tidak menurut dan membantah semua inginya.

             “Ma.. maaf!” Sakit. Sangat sakit Azizah tidak mampu mengatakan apa yang sudah menjadi keputusanya. Maaf! Hanya kata itu yang terlontar dari bibirnya yang sudah bertgetar. Azizah tidak sanggup, tidak sanggup megoreskan luka dihati pemuda yang sangat-sangat ia cintai.

            “Untuk? Kenapa? Ceritakan saja.”  Tanya Syarif dengan suara yang lembut dan sahdu. Katakan! Katakan siapa yang tega menyakiti hati pemuda yang sangat-sangat ia cintai. Katakan pada Azizah apa yang harus ia lakukan..
            “Aku, sudah dilamar.” Akhirnya Azizah mengatakan kata yang akan menyakiti hati pemuda itu. Mencabik-cabik, menyayat hatinya sampai berdarah Mungkin. Tapi apakah Azizah tidak merasakan hal yang sama dengan Syarif? Lebih. Azizah lebih tersiksa dan tersakiti dengan keputusanya ini. Bahkan Azizah dapat melihat jelas raut kecewa dan sedih dari wajah teduh Syarif.

            Ingin, ingin sekali Azizah mengatakan bahwa semua ini hanya lelucon, semua ini hanya skenario yang sengaja ia buat. Tapi kenyataanya semua ini memang bukan lelucon dan semua juga bukan skanario drama seperti ditv. Ini nyata dan semua harus mereka rasakan dengan luka yang kian menga-nga.

            “Oh, jadi ini maksud dari ayahmu yang memintaku untuk memutuskan mu?” Tutur Syarif dengan rasa sesak dihatinya. Hatinya bagaikan bunga yang layu, yang sebentar lagi akan mati. Syarif masih melihat punggung gadisnya ah lebih tepatnya mantan gadisnya. Tanganya naik turun menghapus air mata yang keluar dari mata indahnya. Mata yang selalu melihat kebawah kala ia memandangnya. Mata yang selalu dijaga hanya untuk kelak memandang dirinya seorang.

            Namun kini, hanya angan yang Syarif dapat. Rencana melamar yang akan dilangsungkan esok harus ia pendam dalam-dalam. Mata Syarif memerah, dadanya semakin sesak saat sebuah isakan terdengar kembali ditelinganya. Dengan berat hati Syarif memang harus melepaskan Azizah. Gadis yang selalu menjaga dirinya hanya untuk kelak calon suaminya. Dan yang akan mendapatkan hak sepenuhnya dalam diri Azizah ternyata bukan lah dirinya. 

END...


untuk melaksanakan ukuwah mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. dan Follow juga my Wattpad dengan user sama Nurazizahindah :)


1 comment:

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...