original image by Nurazizahindah |
Kaca
yang berdebu..
by: Nurazizahindah
Angin
malam membalut wajah Azizah dengan sendu. Desiran angin malam seakan-akan mendayu
di indra pendengaranya. Lembut dedaunan dibalik jendela seakan-akan menemaninya
dimalam yang sunyi. Sebab hatinya bukan baja maupun besi. Hatinya hanya sebuah
kapas yang jika terkena air akan basah dan lusuh.
Azizah merebahkan dirinya diatas
sajadah. Dengan mengenggam tasbih sang penguat jiwa. Kalimat tasbih, tahmid,
tahlil dan kalimat pujian lainya dia lantuntankan dengan suara yang lirih.
Azizah mendongkakan wajanya. Mengadahkan tanganya dengan tatapan memohon dan
merintih. Sekarang ia mengerti bahwa ini
sudahlah jalanya. Dimana ia akan bersanding dengan orang sama sekali tidak ia
cintai.
***
5
bulan sebelum perjodohan datang..
Azizah melangkahkan kakinya dengan
cepat. Ia hampir saja terlambat kuliah paginya. Ya, Azizah adalah seorang
mahasiswi tingkat akhir disebuah universitas ternama di kotanya. Ia, mengambil
jurusan bahasa Arab dan kali ini ia hampir saja tidak boleh diizinkan masuk
hanya karena telat 5 menit.
Azizah bukan bangun kesiangan
seperti anak kampus lainya jika terlambat. Hanya saja tadi Azizah menolong
seseoarang yang memang sangat perlu bantuaanya. Ditambah, ia juga orang berada
namun sangat terlihat sederhana.
Kelas pagi telah selesai setengah
jam yang lalu. Azizah memutuskan untuk pergi kemasjid yang berada dikampusnya
sebelum jam kuliah menyapanya kembali. Azizah menghentikan langkah kakinya saat
ia menyadari ada seseorang yang menghampirinya dan dengan senyum manis yang
menghiasi wajah teduhnya.
Ya, dia adalah Muhammad Syarif
Ilhamsyah. Pemuda yang telah mengisi relung jiwanya selama 5 tahun ini. Syarif
adalah mahasiswa tingkat akhir sama seperti dirinya dan ia adalah ketua
himpunan kewirausahaan yang ada dikampus ini. Syarif juga mengambil jurusan
ekonomi islam. Syarif bukan tidak ingin mengambil jurusan sang sama dengan
Azizah. Hanya saja, ia ingin mengubah ekonomi di indonesia sesuai dengan
syari’at meski ia akui itu sangat sulit.
Sang pemilik cinta mempertemukan
Azizah dan Syarif saat ia sama-sama duduk dibangku kelas 2SMA. Meskipun, Azizah
dan Syarif beda sekolah. Mereka bertemu saat ada perlombaan Hafiz Qur’an. Dan
sata itu pula pandangan mereka bertemu dan timbulah benih-benih cinta yang
hingga saat ini tumbuh tersiram do’a.
“Sendiri? Aulia mana?” tanya Syarif
dengan membuka sepatunya dan beranjak masuk kemasjid kampusnya yang luas.
Sedangkan Azizah hanya menunduk dan mengangkat bahunya menunjukan bahwa ia
tidak mengetahuinya.
“Nanti, aku tunggu ditempat biasa.
Ada yang mau aku omongin.” Ujar Syarif dengan melemparkan senyum mautnya.
Syarif tau, Azizah tidak akan membalas atau bahkan menegurnya balik. Azizah
adalah gadis yang berbeda dengan gadis lain. Ia menutup dirinya dengan jilbab
yang menutup hingga dada dan tatapan mata yang enggan untuk bertemu dengan mata
seoarang pemuda sekalipun ia adalah kekasihnya.
Lantas? Mengapa Azizah menerima dan
mau berpacaran dengan Syarif dan sampai waktu yang tidak lama. 5 tahun.
Bayangkan? Yah jawabanya tidak ada. Karena semua mengalir begitu saja. Syarif
menerima semua komitmen yang sebelumnya ia dan Azizah bangun. Dan komitmen
itulah yang membuat hubungan mereka bertahan hingga sampai 5 tahun lamanya.
---
Matahari kini sudah berada diatas
ubun-ubun sinarnya menyinari dunia yang sifatnya fana. Angin sesekali
menghembas jilbab dan wajah Azizah dengan kasar. Angin yang mendayupun membuat
daun-daun bergoyang dengan syahdu. Azizah melangkahkan kakinya menghampiri
seseorang yang telah lama menunggunya. Ya, benar siapa lagi kalau bukan Syarif.
Tenang, Azizah kini tidak sendiri ia ditemani dengan temanya yang beberapa menit
yang lalu dicari oleh Syarif. Dia adalah Aulia sahabat karib sekaligus orang
yang selalu menemaninya jika ia akan bertemu dengan Syarif.
“Ada apa?” Tanya Azizah dengan duduk
disamping Syarif meski tidak berdekatan.
“Lusa, aku kan melamarmu.” Tutur
Syarif dengan memandang Azizah yang terlihat kaget dan dan tidak percaya.
“Aku tunggu dirumahku.” Balas Azizah
dengan menunduk lantas tersenyum penuh syukur. Akhirnya hubunganya yang
sebenarnya dibenci oleh Allah kali ini akan menjadi pahala untuknya.
---
Azizah telah sampai dirumahnya yang
cukup besar dan megah namun tetap sederhana. Azizah mengernyitkan dahinya. Membuat
dahinya berlipat. Ia, dapat melihat jelas rumahnya yang sedikit berbeda. Ada 2
mobil yang asing, dihadapanya. Dengan langkah tidak mau tau dan tidak ingin
tahu. Azizah melangkahkan kakinya memasuki rumah dan alangkah terkejutnya
Azizah. Ia mendapati kedua orang tuanya tersenyum ditambah sorot mata yang
asing dihadapanya.
Mamah dan Papah Azizah menghampiri
Azizah dan merangkul Azizah serta mengajak duduk disampingnya. Azizah hanya tertunduk saat tatap mata yang
asing itu melihatnya dengan tatapan Takjub. Azizah masih belum mengerti mengapa
mamah dan papahnya melakukan hal seperti ini.
“Ini, putri saya Azizah. Dan Azizah
ini adalah Raihan. Anak dari tante Marsya dan om Aziz. Masih ingat kan? Mereka
akan memintamu untuk menjadi istri dari Raihan.” Ujar sang papah yang membuat
mata yang indah yang dimiliki Azizah membulat sempurna. Nafas Azizah tercekat.
Detak jantungnya seakan-akan berhenti. Penjelasan sang papah kini menyadarkan
Azizah bahwa kini Azizah sedang dijodohkan dengan orang yang benar-benar tidak
ia kenali.
“Saya Raihan, Azizah. Senang berjumpa
denganmu. Apakah, kamu lupa denganku? Teman semasa kecilmu dulu? Yang harus
pergi karena sebuah pekerjaan ayah dan ibuku.” Jelas pemuda itu dengan raut
wajah meyakinkan Azizah.
Sedangkan dihadapanya, Azizah hanya
bisa menunduk menahan rasa sesak didalam dadanya. Hatinya seperti dicabik-cabik
diterkam oleh tangan tak kasat mata. Meremas dengan sekuat tenaga hingga hanya
rasa sakit yang ia rasakan. Azizah hanya terdiam tak bergeming. Ya, kini Azizah
tau siapa pemuda dihadapanya sekarang. Dia adalah Raihan teman semasa kecilnya.
Yang meninggalkanya saat ia terpuruk karena tidak memiliki teman selain Raihan.
Azizah masih diam membisu. Menunduk,
menahan rasa sakit yang entah sejak kapan mencabik-cabik hatinya. Azizah
berkutan dengan pikiranya. Tidak habis pikir bahwa mamah dan papahnya akan tega
melakukan hal demikian. Padahal keduanya sudah mengetahui dengan jelas bahwa ia
telah memiliki seoarang kekasih. Yang bahkan esok lusa akan melamarnya. Niat
hati ingin memberi kepastian kepada mamah dan papahnya malah Azizah yang
diberikan kejutan yang membuatnya jatuh kedasar jurang yang sangat dalam.
Raihan beserta kedua orang tuanya
berlalu meninggalkan rumah mewah yang terkesan sederhana itu. Azizah masih tak
bergeming. Terdiam kaku dengan tatapan nanar tak pecaya. Ia, akan dijodohkan
dengan teman semasa kecilnya dan ia tidak bisa mengelak karena kedua orang
tuanya sudah berjanji dan akan menikahkan dirinya dengan Raihan. Orang yang
benar-benar tidak ia cintai.
Egoisakan kedua orang tuanya? Ya
sangat! Kalau boleh Azizah ingin berteriak dan membentak kedua orang tuanya.
Tak sadarkah bawa diluarsana ada pemuda yang siap menjadi calon imanya, yang
akan melengkapi separuh agamanya. Butiran kristal bening begitu saja meluncur
dari sudut mata Azizah. Meski tetap dalam posisinya , terduduk diam dan
menunduk.
“Putuskan Syarif sekarang juga!
Raihan lebih baik dari Syarif. Ia lulusan Kairo dia sudah menjadi doktor muda
diusianya yang tidak terpaut jauh darimu.” Ujar Papah Azizah tenang seolah-olah
ia tidak memikirkan semua perasaan anak gadisnya dan butiran kristal yang
menetes dikelopak matanya.
Azizah mendongkakan kepalanya tak
percaya. Sesak, sakit, pedih semua dirasakan oleh Azizah. Ia tau sang papah
tidak main-main dengan kata-kata nya. Azizah tau, sang papah pasti akan
melakukan hal apa saja demi membuat dirinya tidak jatuh kedalam jurang. Tapi,
pantaskan seoarang ayah membiarkan anak gadisnya terluka? Terluka dengan 2
pilihan yang sangat mencabik-cabik hatinya? Azizah tidak akan mungkin membantah
semua ucapan papahnya. Tapi ia juga tidak ingin menggoreskan luka dihati
seorang pemuda yang telah menjaga kesuciaanya dan kepercayaanya selama 5 tahun
ini.
Beritahu apa yang harus Azizah
lakukan sekarang..
“Apa?” dengan suara yang parau dan
pelan hanya itu yang keluar dari Mulut Azizah. Azizah ingin sekali memberitahu
kepada papah dan mamahnya bahwa ia sangat MENOLAK perjodohan ini dan Azizah
akan segera dilamar oleh pujaan hatinya yang benar-benar ia cintai.
“Tidak baik menolak, niat baik
seseorang! Cepat putuskan hubunganmu dengan pemuda itu. Papah dan mamah akan
mengurus proses ta’aruf kamu.” Tutur papah Azizah kembali. Dan
saaaakkiiiiitttttttt! Sakit yang dirasakan Azizah. Hatinya benar-benar sudah
menjadi kepingan kaca remuk tak tersisa.
Mamahnya? Ya, Azizah hanya menatap
sang mamah dengan tatapan memohon menjelaskan bahwa sorot mata yang sudah penuh
dengan airmata itu meminta untuk menghentikan perjodohan ini. Ia tidak ingin
memutuskan hubunganya dengan pemuda yang ia yakini ialah yang layak menjadi
imam dikehidupanya yang akan mendatang. Menghabiskan sisa usia yang masih
diberi oleh sang maha pencipta.
Setalah 2 hari masalah itu
bergantung dan tidak menemukan titik akhirnya. Azizah memutuskan untuk menerima
semuanya. Azizah dengan berat hati menerima pilihan yang sudah ia tetapkan
dengan semua resiko yang akan menghampirinya. Azizah yakini bahwa dengan
pilihanya ini membuatnya bahagia dan bisa bernafas normal kembali.
Azizah menanti seseorang ditaman
dekat kampusnya. Azizah, kini memutuskan untuk bertemu pemuda itu sendiri tanpa
ditemani siapapun. Azizah menyiapkan semua kata-kata dalam hatinya, menarik
nafas dalam-dalam dan mengeluarkanya berharap sesak dalam dadanya berkurang.
Langkah kaki terdengar mendekati
Azizah. Ia yakini seseorang yang ia tunggu-tunggu sudah berada dibelakangnya.
Azizah tidak berani menatap mata seseorang itu. Melihat lekuk wajahnya yang
sudah memiliki tempat terindah dihatinya. Tubuhnya sekan-akan kaku, tidak bisa
berbalik dan menghadap kepada orang itu. Ya dia adalah Syarif pemuda yang sudah
memiliki tempat spesial dihatinya. Seorang pemuda yang ia yakini akan menjadi
imamnya. Seoarang pemuda yang akan membawa, mengapingnya bersama-sama
menghabiskan sisa usia mereka dengan bersama-sama merengkuh ridha dari sang
maha pencipta.
Hening. Hanya gemuruh angin yang
berderu menabrak indah tubuh mereka yang sama-sama berdiri terdiam kaku. Azizah
masih berdiri membelakangi Syarif yang telihat khawatir dan juga bingung. Apa
yang akan Azizah katakan padanya. Dan kini Syarif semakin gelisah saat terlihat
bahu seorang gadis dihadapanya bergetar hebat. Seselaki sebuah isakan kecil
terdengar membuat hatinya sesak dan sakit.
“Ada apa?” Syarif mengawali
perbincangan mereka yang beberapa saat lalu hanya keheningan yang ia rasakan.
Azizah masih berusaha mengontrol
semua rasa sesak yang semakin membuncah didadanya. Hatinya meraung-raung
menjerit. Bahwa, ia jangan mengatakan hal bodoh itu. Jangan! Jangan katakan!
Tapi, inilah keputusanya. Azizah tidak ingin membuat Papah dan mamahnya kecewa
hanya karena anak gadis satu-satunya tidak menurut dan membantah semua inginya.
“Ma.. maaf!” Sakit. Sangat sakit Azizah tidak
mampu mengatakan apa yang sudah menjadi keputusanya. Maaf! Hanya kata itu yang
terlontar dari bibirnya yang sudah bertgetar. Azizah tidak sanggup, tidak
sanggup megoreskan luka dihati pemuda yang sangat-sangat ia cintai.
“Untuk? Kenapa? Ceritakan
saja.” Tanya Syarif dengan suara yang
lembut dan sahdu. Katakan! Katakan siapa yang tega menyakiti hati pemuda yang
sangat-sangat ia cintai. Katakan pada Azizah apa yang harus ia lakukan..
“Aku, sudah dilamar.” Akhirnya
Azizah mengatakan kata yang akan menyakiti hati pemuda itu. Mencabik-cabik,
menyayat hatinya sampai berdarah Mungkin. Tapi apakah Azizah tidak merasakan
hal yang sama dengan Syarif? Lebih. Azizah lebih tersiksa dan tersakiti dengan
keputusanya ini. Bahkan Azizah dapat melihat jelas raut kecewa dan sedih dari
wajah teduh Syarif.
Ingin, ingin sekali Azizah
mengatakan bahwa semua ini hanya lelucon, semua ini hanya skenario yang sengaja
ia buat. Tapi kenyataanya semua ini memang bukan lelucon dan semua juga bukan
skanario drama seperti ditv. Ini nyata dan semua harus mereka rasakan dengan
luka yang kian menga-nga.
“Oh, jadi ini maksud dari ayahmu
yang memintaku untuk memutuskan mu?” Tutur Syarif dengan rasa sesak dihatinya.
Hatinya bagaikan bunga yang layu, yang sebentar lagi akan mati. Syarif masih
melihat punggung gadisnya ah lebih tepatnya mantan gadisnya. Tanganya naik
turun menghapus air mata yang keluar dari mata indahnya. Mata yang selalu melihat
kebawah kala ia memandangnya. Mata yang selalu dijaga hanya untuk kelak
memandang dirinya seorang.
Namun kini, hanya angan yang Syarif
dapat. Rencana melamar yang akan dilangsungkan esok harus ia pendam
dalam-dalam. Mata Syarif memerah, dadanya semakin sesak saat sebuah isakan
terdengar kembali ditelinganya. Dengan berat hati Syarif memang harus
melepaskan Azizah. Gadis yang selalu menjaga dirinya hanya untuk kelak calon
suaminya. Dan yang akan mendapatkan hak sepenuhnya dalam diri Azizah ternyata bukan
lah dirinya.
END...
untuk melaksanakan ukuwah mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. dan Follow juga my Wattpad dengan user sama Nurazizahindah :)
sad:(
ReplyDelete