Saturday, July 1, 2017

Cerpen islami Mencintai Kehilangan by Nurazizahindah



          
Creadit by Nurazizahindah


 Indah matanya sejuk tatapnya, lembut tutur nya menentramkan jiwa. Diam. Haruskah banyak kata yang diucapkan ketika kita mencitai seseorang? Bagiku tidak. Cukup mencintainya dalam diam itulah cinta yang terhormat. Mungkin disaat semua orang sibuk merebut semua perhatianmu, aku hanya bisa diam. Diam ditepian hatimu, menanti celah itu terbuka. 

Mungkin sesekali kau meliriku dan mungkin kau bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya aku inginkan sesungguhnya. Ketahuilah wahai pemuda impianku, aku tidak ingin apa-apa bahkan dirimu. Aku menikmati cinta yang bergejolak dalam hatiku. Aku juga menikmati waktu penantianku hingga tiba waktunya kau dipertemukan denganku. 

          Hujan nampaknya enggan pergi. Bahkan langit yang cerah berangsur berganti menjadi langit yang mendung dengan lelehannya yang menghantam tanah bertubi-tubi. Adinda Nurazizah masih tegap berdiri dengan rintikan hujan yang semakin deras. Adinda bukan tak ingin beranjak dari derasnya hujan, hanya saja ia teringat akan seseorang yang dulu selalu ada disampingnya. Seseorang yang selalu memarahinya saat ia berada dibawah guyuran hujan. Seseorang yang mampu membuat ia menunggu hingga bertahun-tahun.

          Namun kini, seseorang itu tidak lagi disampingnya. Seseorang itu telah pergi. Pergi bersama hatinya yang ia bawa hingga meninggalkan setengah hatinya yang masih terluka hingga saat ini. Tak terasa Adinda menitikan air matanya, meski tak terlihat Adinda masih merasakan luka pada hatinya. Membuat air matanya mengalir deras tanpa persetujuaan darinya.

          Bukan, bahkan perginya seseorang yang ia sayangi bukan karena orang lain, bahkan pergi meninggalkan Adinda selamanya. Hanya saja, ada satu kewajiban yang harus ia lakukan. Kewajiban yang harus meninggalkan Adinda untuk sementara. Masih setengah jalan, Adinda harus bersabar menunggu seseorang itu kembali. 

          Adinda menepi, hatinya sudah lelah begitu juga dengan dirinya. Pernah sesekali dalam hatinya ia ingin menyudahi penantian ini. Namun, lagi-lagi batin nya menolak, meminta Adinda untuk betahan. 

          Tahun demi tahun Adinda lewati. Hingga sang waktu masih enggan mempertemukan Adinda dengan sang pangeran. Hari ini adalah hari dimana seharusnya pemuda yang selama ini ia tunggu-tunggu kembali ke indonesia. Namun, sampai sekarang, sampai senja berganti malam. Pemuda itu masih enggan menampakan wajahnya.

          Ah, padahal sebelumnya ia berjanji akan bertemu disini. Tempat dimana dulu Adinda dengan pemuda itu saling pamit diri. Meminta untuk pergi dan membuat Adinda menunggu selama ini. 

          Sepinya malam menyeka tawa dan air mata saat rindu mulai membelenggu jiwa. Tergambar jelas gelak tawanya  dalam benak Adinda. Meminta hati meronta untuk menyudahi semua ini. Memupus duka yang kini menyisakan duka dan air mata.

          Adinda beranjak pergi, udara malam tampaknya enggan untuk sejenak mengerti bahwa kali ini Adinda sedang menanti. Jika seseorang itu tidak akan kembali, Adinda hanya ingin melupakanya dengan sederhana seperti tatapan terakhir yang menyembunyikan sedikit air mata diujung kelopak matanya.

          Namun langkah Adinda terhenti saat seseorang menahan dengan menggapai tanganya. Tangan yang kokoh dan tangan yang selalu ia rindukan saat air mata yang mengalir deras dipipinya ia sapu dengan tangan kokoh itu. 

          “Mengapa pergi setelah lama menunggu hm?” Reihan dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi, kulit yang semakin putih, tatapan yang semakin tajam dan oh jangan lupa senyumanya, senyuman yang bisa membuat siapa saja langsung jatuh hati.

          “Rei...

          “maaf telah lama membuatmu menunggu, wahai bidadari ku.”

          Adinda hanya diam saat Reihan mulai mendekatinya dan menarik tanganya kesuatu tempat. Entahlah yang Adinda rasakan saat ini senang bercampur haru, penantianya selama ini tidaklah sia-sia. Pendirianya akan takdir membuatnya tetap yakin bahwa sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Allah kepadanya, Allah tidak akan membiarkan seseorang yang ditakdirkanya menjadi milik orang lain. 

          Adinda terhenyak saat sampai ditempat dimana Rei membawanya, disana sudah ada semua yang selalu ada disampingnya. Kedua orang tua Adinda, kakak nya dan sahabat-sahabat serta teman kampusnya dengan Reihan. Adinda tidak tau apa yang direncanakan Reihan kali ini, yang pasti ini membuat jantung  Adinda berdegup 1000 kali lipat.

          “Adinda Nurazizah, kau pernah bilang bahwa Do’a adalah cara terbaik untuk memeluk orang-orang tercinta saat tangan tidak bisa menyentuh mereka. Begitupun dengan aku dan kamu, dengan Do’a yang engkau panjatkan atas semua penantian yang engkau lakukan. Aku mencintaimu yang dengan seungguh-sungguh menghargai perasaanku. Menjaganya hingga sang waktu mempertemukan aku kembali denganmu. 
          Setelah melewati waktu yang tidak sebentar, sesampainya aku dinegara yang menjadi identitasku dan sampai dikota kelahiranku. Aku menghampiri kedua orang tuamu, meminta dirimu untuk menjadi pendampingku. Menjadi tulang rusuku. Menjadi bidadari surgaku yang utuh dan halal, Maka dari itu. Adinda Nurazizah, maukah kau menikah denganku?” Reihan dengan berlutut dihadapan Adinda dan memamerkan cincin yang ia genggam untuk dipasang dijemari Adinda. 

          Adinda hanya mengangguk bertanda bahwa ia bersedia menjadi pendamping Reihan hingga maut memisahkan. Menjadikan Adinda bidadari surga yang bukan hanya didunia namun di akhirat juga. Penantian Adinda mengajarkan kita bahwa waktu adalah salah satu peran penting dalam menanti seseorang yang akan membawamu bahagia didunia dan diakhirat. Menghadirkan seseorang yang mencintaimu dengan segala kekurangamu. Melafalkan namamu didepan kedua orang tuamu. Hanya dalam hidup terkadang memiliki pilihan, jika tidak mampu bertahan maka lupakan. 

untuk melaksanakan ukuwah mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. dan Follow juga my Wattpad dengan user sama Nurazizahindah :)


1 comment:

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...