Tuesday, July 5, 2016

Cerpen - Syahadat cinta



 "Syahadat Cinta"
indah Siti Nurazizah
Original image - Nurazizahindah

Gadis itu berlari tampa lelah, ia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Sayang, apa yang ia kejar ternyata sudah hilang dibalik pintu pembatas antara ikhwan dan akhwat. Gadis itu tertunduk lesu, nafasnya sudah tidak beraturan, detakan jantung nyapun berdetak dengan cepat seolah-olah lepas tampa kendali.
            Gadis itu tersungkur dengan memegang dadanya kuat-kuat. Alih-alih ingin kembali berdiri dan bangkit, tubuhnya malah rapuh dan kembali ambruk keubin yang keras. Pandanganya mulai kabur, semua terlihat berputar. Hingga gadis itu merasa semua buram dan gelap.
----
            Sebuah dentingan nada pendeteksi jantung terdengar dengan nyaring ditelinga gadis itu. Sebuah masker oksigen yang menutup hidung dan mulutnya. Sebuah infus yang menempel di tanganya dan semua wangi obat-obatan menyeruak di indra penciumanya. Dan kini gadis itu tau bahwa ia kembali ketempat dimana ia harusnya berada, Rumah sakit.

            “Alyssa...” Alyssa tersenyum tulus saat ia mulai membuka matanya dan melihat Umi dan Abinya berada disampingnya.

            Alyssa memang pasien di salah satu rumah sakit dikotanya. Sebelum kepergianya dari rumah sakit, kondisi Alyssa memang sudah membaik. Tapi, saat ia berlari dan mengejar seorang pemuda di masjid saat itu tubuhnya kembali drop dan menyebabkan Alyssa harus kembali dirawat dirumah sakit.

            Alyssa sebenarnya tidak ingin mengejar pemuda itu hanya saja ada suatu masalah yang belum sempat ia selesaikan dengan pemuda itu alhasil itu memaksakan Alyssa mengejar dan harus  menyelesaikan permasalahanya. Alyssa tau, masalah ini sangat fatal dan mau tidak mau membuat dirinya harus menemui pemuda itu yang kemungkinan besar sangat-sangat membenci dirinya.     

“Sampai kapan kamu mau mengejar Fahmi Al?” Tanya Umi Sally yang sudah geram dengan tingkah Alyssa yang memaksakan dirinya hanya untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya bukan sepenuhnya salah Alyssa.

Alyssa hanya menggelengkan kepalanya. Menjawab pertanyaan Uminya, Alyssa juga tidak tau kapan masalah ia dengan pemuda yang bernama Fahmi itu selesai. Alyssa menyadari kebodohanya pada saat itu. Saat, Alyssa memutuskan hubunganya dengan Fahmi begitu saja tampa penjelasan.

“Umii, sebelum Alyssa pergi. Alyssa ingin meyelesaikan malasah Alyssa dengan Fahmi. Mungkin saja, Fahmi masih sakit hati dengan Alyssa. Dan Alyssa tau, Fahmi harus tau yang sebenarnya.” Alyssa yang kini kondisinya semakin membaik.

“Kali ini dengarkan Umi, lupakan masalahmu dengan Fahmi ya.” Umi Sally dengan beranjak pergi karena tidak sanggup lagi melihat anak gadisnya yang terus menyalahkan dirinya sendiri dan mungkin akan menemui takdirnya.

3 hari sudah Alyssa dirawat dirumah sakit. Jika dihitung dari awal masuk kerumah sakit mungkin ini sudah 1 bulan Alyssa di rawat. Kondisi Alyssa semakin hari semakin memburuk, semua anggota keluarga sudah pasrah akan kondisi Alyssa. Alyssapun kini sedang mengalami koma. Dimana dirinya sedang berada diambang hidup dan mati.

Umi Sally teringat akan permintaan terakhir Alyssa yang ingin bertemu dengan Fahmi. Umi Sally segera memanggil Amran kakak Alyssa untuk segera mencari Fahmi sebelum Alyssa benar-benar menghadap sang Illahi.

“Amran, tolong cepat bawa Fahmi kemari. Alyssa akan pergi jika ia bertemu dengan Fahmi.” Ujar Umi Sally dengan menahan tangisnya yang hendak pecah.

“pergi? Apa maksud Umi. Alyssa akan bertahan tampa hadirnya Fahmi!” saut Amran dengan sedikit emosi karena harus berkaitan kembali dengan Fahmi. Amran sempat berselisih tenggang dengan Fahmi bahkan sampai berkelahi dan menyebabkan Fahmi dilarikan kerumah sakit. Semua itu hanya karena Alyssa. Saat Fahmi, membuat Alyssa menangis dan kecewa.

“Kau tidak melihat adikmu sedang barada diambang maut? Mulutnya tak lelah mengucap satu nama. FAHMI! Nama itu yang terus adikmu panggil. Tolong untuk kali ini saja datangkan Fahmi segera!” Umi Sally kali ini tidak sanggup menahan emosi dan air matanya. Ia terus berdo’a agar anak gadisnya segera sadar dan tersenyum tulus lagi kepadanya.

“Al.. Alyssa. Maapkan Abangmu ini Al! Amran pergi Umi!” pamit Amran segara mengambar kunci motornya dan segera membawa Fahmi demi adiknya tercinta, Alyssa.

Amran terus memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Dipikiran nya hanya satu bagaimana caranya agar bisa menyebuhkan adiknya. Atau hanya untuk sekedar sadar dan menyebutkan namanya. 

Amran tiba disebuah kos-kosan yang terlihat besar. Amran memasuki kosan itu dengan cepat bahkan, ia tidak sempat membuka helmnya. Amran menanyakan kamar Fahmi kepada anak kosan lainya namun, setelah tau kamarnya ternyata Fahmi sedang tidak ada dikosanya padahal hari ini Fahmi tidak ada jadwal kuliah maupun mengajar.

Amran merasakan sesak dalam dadanya. Sungguh ia tidak ingin kehilangan adiknya tercinta. Adiknya yang selalu senang tiasa mendengar keluh kesahnya bahkan, tak segan-segan memberikan arahan maupun nasehat untuk dirinya.

Amran tertunduk lemas diteras kosan yang terlihat sepi. Amran mengepal tanganya kuat-kuat. Apakah, Alyssa masih hidup? Apakah  Alyssa masih bertahan? Apakah Alyssa masih menunggu dirinya yang akan membawa Fahmi? Semua terlintas begitu saja dipikiran Amran. Hingga ..

“Assalamu’alaikum.. Abang mencari saya?” sebuah suara menghentikan lamunan Amran yang bahkan kali ini matanya berkaca-kaca. Amran mendongkakan kepalanya. Siapa yang memberi salam, tapi ah Amran tau pemilik suara ini. Ya dia adalah orang yang sedang ia cari Fahmi.

Ucapan Syukur terus terucap dari bibir Amran berkali-kali membuat seseorang dihadapanya melihat aneh. Amran segera meraih tangan Fahmi dan mengajaknya cepat beranjak dari kosanya dan segera pergi menuju rumah sakit. Tak taukan dia dan  dirinya sedang dinanti oleh seseoarang yang sangat berarti dalam hidupnya.

“Tunggu bang, antum mau bawa saya kemana?” tanya Fahmi dengan menghentikan langkah kakinya.
“Jangan banyak tanya. Ada seseorang yang tengah menunggumu dia sedang berada diambang maut.” Jawab Amaran dengan suara bergetar menahan rasa sesak dan tangisnya yang ingin pecah.
“Ambang maut? Apa maksudnya bang?” tanya Fahmi kembali. Kali ini emosi Amran kembali memuncah. Ia, sungguh tidak memliki banyak waktu untuk menjelaskan semua nya pada Fahmi. Namun, apa boleh buat. Fahmi harus juga mengetahui semuanya.
“Kau, akan tau setibanya disana.” Ujar Amran dengan menahan segala emosi dan pedih dihatinya.

Fahmi, mengikuti saja Amran kali ini. Ia, menggambil helm lantas menaiki motor Amran dengan perasaan yang entahlah sangat sulit digambarkan. Tiba-tiba saja satu nama terlintas dibenak Fahmi membuat dadanya terasa sakit, seperti ada tangan tak kasat mata tengah meremas-remas hatinya. Pedih, ingin sekali menangis.

Fahmi dan Amran tiba dirumah sakit dimana Alyssa tengah terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang menempel ditubuhnya. Langkah Fahmi terhenti ketika ia melihat Umi Sally dan Abi hamid tengah menangis. Hatinya sakit, apa yang terjadi mengapa mereka begitu sedih. Apakah ada yang sakit parah didalam ruangan sana?

“Masuklah, Alyssa sudah menantimu.” Ujar Umi Sally saat Fahmi menyalami dirinya dan Abi Hamid.

“Fahmi, sudah tidak memiliki hak atas Alyssa Umi.” Saut Fahmi dengan tertunduk.

“Kali ini tolong antar Putri Umi yang hendak kembali kepada pemiliknya. Sampaikan 2 kalimat syahadat disamping telinganya. Katakan bahwa kau sudah memaafkanya, dan katakan bahwa kau ju..juga masih mencintai nya.” Umi Sally yang kembali menangis. 

Fahmi segera memakai baju steril, langkah kakinya seakan-akan tak mampu lagi melangkah. Dentingan alat perekam jantung sangat terdengar jelas ditelinga Fahmi sangat melengking. Seluruh tubuh Fahmi bergetar saat melihat gadisnya ah lebih tepatnya mantan gadisnya tengah terbaring lemah dengan mata yang tertutup rapat.

Alangkah damainya ia dalam tidurnya. Fahmi tersenyum saat ia kembali melihat Alyssa meski kali ini ia disambut dengan wajah pucat Alyssa. Derai air mata mengalir begitu saja disudut mata Fahmi. Alyssa, gadisnya yang selalu ceria dan periang kali ini hanya diam tidak ada niatan membuka matanya. Fahmi duduk disebelah Alyssa dengan membiarkan butiran air matanya mengalir membentuk sungai-sungai kecil dipipinya.

“A.. Al.. Alyssa...” Fahmi tidak sanggup melanjutkan kembali kata-katanya. Mulutnya kelu untuk mengucapkan kata demi kata. Wajah, Alyssa begitu tenang. Tangisnya pecah dengan dentingan nada perekam jantung yang terlihat naik turun.

“Kata Umi, kau mengejarku sampai kau sakit benarkah itu hm? Se.. seharusnya kau jangan melakukan itu. Kenapa kau tid.. tidak memanggil namaku saja. Kau tau? Aku akan dengan senang hati melihatmu dan segera menghampirimu saat kau memanggil namaku..

“Kata Umi, kau ingin berbicara kepadaku? Lantas mengapa kau masih diam? Kau tidak ada niatan untuk bangun dan sadar hm? Sebenarnya aku takut saat, abangmu datang ke kosanku. Tapi aku lebih takut kehilanganmu..

Fahmi, terus menahan rasa sesak didadanya yang kian memuncah. Jujur Fahmi, ingin sekali berlari lantas keluar dan berteriak. BODOH! BODOH! BODOH! Menyapa ia begitu menuruti emosinya saat itu. Mengapa ia tidak mendengar penjelasan Alyssa terlebih dahulu. Yah, kali ini Fahmi tau alasan Alyssa memutuskan hubunganya dengan dirinya. Semua karena Alyssa sakit. 

Fahmi, sudah terisak-isak dalam tangisnya. Tak sanggup lagi melihat Alysssa yang hanya diam dan menutup matanya rapat-rapat seolah-olah dialam sana terlihat ada ketenangan. Fahmi, memutuskan untuk beranjak dan pergi namun..

“Fah.. Fahmi.” Sebuah suara menghentikan langkah Fahmi yang hendak keluar. Membuat tubuh Fahmi dengan cepat berbalik dan kembali kesamping pemilik suara yang membuat langkah kakinya tertahan.

“Kau sadar? Iya, biar aku panggilkan dokter! Kau tunggu.."

“Tidak! Aku terbangun hanya ingin melihatmu, dan mendengar kata bahwa kau sudah memaafkan ku.” Saut Alyssa menahan tangan Fahmi dengan erat.

Fahmi hanya diam dan tertunduk lemas. Tak sanggup Fahmi melihat wajah Alyssa yang kiat memucat. Pipi merah meronanya hilang ternggelam dinganti dengan wajah yang pucat. 

“Kau, sudah tau apa alasanku memutuskanmu? Iya, benar aku sakit. Sakit jantung! Maafkan aku ya, jangan pernah membenciku. Aku terluka jika melihat wajahmu kala sendu. Aku hanya ingin melihat wajahmu tersenyum dan mendengarmu tertawa lepas karenaku. Waktuku mungkin sudah tak akan lama lagi, jadi aku hanya ingin mendengar bahwa kau telah memaafkanku.” 

“Tidak, tidak ada yang perlu dimaafkan. A.. Aku yang salah. Aku tidak mendengar penjelasanmu. Maa.. maafkan aku. Kita, kita membuka lembaran baru lagi oke? Kita lanjut ta’aruf kita. Kita menikah. Kita bangun rumah tangga kita. Aku akan menjadikanmu bidadari surga.”

“Terima kasih. Sayangnya, Allah lebih ingin aku segera menemuinya. Aku kan menunggumu dan selalu menjadi bidadarimu. To.. tolong bisikan dan bimbing aku melafalkan 2 kalimat syahadat.” Alyssa dengan merengkuhkan tanganya diperutnya dan tersenyum tulus menatap Fahmi yang dengan suka rela menangis karenanya.

“AS.. ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH..” Fahmi dengan melafalkan 2 kalimat syahadat tepat ditelinga Alysssa. Alyssa lantas tersenyum dan menglafalkan kembali 2 kalimat Syahadat dengan lantang dan jelas.

“ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH..” 

Fahmi hanya menangis, menangis dengan isakan kecil yang sesekali terdengar. Fahmi dapat melihat jelas wajah Alyssa yang terus memucat dan tubuh yang mulai dingin. Alyssa memberikan isyarat untuk kembali melafalkan 2 kalimat Syahadat. Fahmi dengan suka rela terus membimbing Alyssa hingga ia benar-benar terlepas terbang bersama ruhnya.

“AS.. ASYHADU AN-LAA IL.. ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU AN..ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH..” 

“A..A..AS.. ASYHADU AN..AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA.. WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH..”

Tangis Fahmi memecah saat ia menyadari 2 kalimat terakhir itulah yang menjadi kunci dimana Alyssa akan menjadi bidadari surga. Alyssa kini benar-benar telah pergi, Allah memang lebih sayang kepadanya. 2 kilimat Syahadat yang dilafalkan Alyssa sebelum ruhnya terpisah dengan jasadnya. Akan mempermudah ia jalanya menunju jannah.

“SELESAI”..

untuk melaksanakan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. Makasih :D BTW,  Minal'Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir batin ya, para sobat Blogger. semoga amalan kita selama bulan Ramadhan Allah terima dan dilipat gandakan. serta, semoga kita diperkenankan bertemu kembali dengan Ramadhan tau depan- wassalam :)

No comments:

Post a Comment

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...