"Syahadat Cinta"
indah Siti Nurazizah
Original image - Nurazizahindah |
Gadis itu berlari tampa lelah, ia
terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Sayang, apa yang ia kejar ternyata
sudah hilang dibalik pintu pembatas antara ikhwan dan akhwat. Gadis itu
tertunduk lesu, nafasnya sudah tidak beraturan, detakan jantung nyapun berdetak
dengan cepat seolah-olah lepas tampa kendali.
Gadis
itu tersungkur dengan memegang dadanya kuat-kuat. Alih-alih ingin kembali
berdiri dan bangkit, tubuhnya malah rapuh dan kembali ambruk keubin yang keras.
Pandanganya mulai kabur, semua terlihat berputar. Hingga gadis itu merasa semua
buram dan gelap.
----
Sebuah
dentingan nada pendeteksi jantung terdengar dengan nyaring ditelinga gadis itu.
Sebuah masker oksigen yang menutup hidung dan mulutnya. Sebuah infus yang
menempel di tanganya dan semua wangi obat-obatan menyeruak di indra
penciumanya. Dan kini gadis itu tau bahwa ia kembali ketempat dimana ia
harusnya berada, Rumah sakit.
“Alyssa...”
Alyssa tersenyum tulus saat ia mulai membuka matanya dan melihat Umi dan Abinya
berada disampingnya.
Alyssa
memang pasien di salah satu rumah sakit dikotanya. Sebelum kepergianya dari
rumah sakit, kondisi Alyssa memang sudah membaik. Tapi, saat ia berlari dan
mengejar seorang pemuda di masjid saat itu tubuhnya kembali drop dan
menyebabkan Alyssa harus kembali dirawat dirumah sakit.
Alyssa
sebenarnya tidak ingin mengejar pemuda itu hanya saja ada suatu masalah yang
belum sempat ia selesaikan dengan pemuda itu alhasil itu memaksakan Alyssa
mengejar dan harus menyelesaikan
permasalahanya. Alyssa tau, masalah ini sangat fatal dan mau tidak mau membuat
dirinya harus menemui pemuda itu yang kemungkinan besar sangat-sangat membenci
dirinya.
“Sampai kapan kamu mau
mengejar Fahmi Al?” Tanya Umi Sally yang sudah geram dengan tingkah Alyssa yang
memaksakan dirinya hanya untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya bukan
sepenuhnya salah Alyssa.
Alyssa hanya
menggelengkan kepalanya. Menjawab pertanyaan Uminya, Alyssa juga tidak tau
kapan masalah ia dengan pemuda yang bernama Fahmi itu selesai. Alyssa menyadari
kebodohanya pada saat itu. Saat, Alyssa memutuskan hubunganya dengan Fahmi
begitu saja tampa penjelasan.
“Umii, sebelum Alyssa
pergi. Alyssa ingin meyelesaikan malasah Alyssa dengan Fahmi. Mungkin saja,
Fahmi masih sakit hati dengan Alyssa. Dan Alyssa tau, Fahmi harus tau yang
sebenarnya.” Alyssa yang kini kondisinya semakin membaik.
“Kali ini dengarkan Umi,
lupakan masalahmu dengan Fahmi ya.” Umi Sally dengan beranjak pergi karena
tidak sanggup lagi melihat anak gadisnya yang terus menyalahkan dirinya sendiri
dan mungkin akan menemui takdirnya.
3 hari sudah Alyssa
dirawat dirumah sakit. Jika dihitung dari awal masuk kerumah sakit mungkin ini
sudah 1 bulan Alyssa di rawat. Kondisi Alyssa semakin hari semakin memburuk,
semua anggota keluarga sudah pasrah akan kondisi Alyssa. Alyssapun kini sedang
mengalami koma. Dimana dirinya sedang berada diambang hidup dan mati.
Umi Sally teringat akan
permintaan terakhir Alyssa yang ingin bertemu dengan Fahmi. Umi Sally segera
memanggil Amran kakak Alyssa untuk segera mencari Fahmi sebelum Alyssa
benar-benar menghadap sang Illahi.
“Amran, tolong cepat bawa
Fahmi kemari. Alyssa akan pergi jika ia bertemu dengan Fahmi.” Ujar Umi Sally
dengan menahan tangisnya yang hendak pecah.
“pergi? Apa maksud Umi.
Alyssa akan bertahan tampa hadirnya Fahmi!” saut Amran dengan sedikit emosi
karena harus berkaitan kembali dengan Fahmi. Amran sempat berselisih tenggang
dengan Fahmi bahkan sampai berkelahi dan menyebabkan Fahmi dilarikan kerumah
sakit. Semua itu hanya karena Alyssa. Saat Fahmi, membuat Alyssa menangis dan
kecewa.
“Kau tidak melihat adikmu
sedang barada diambang maut? Mulutnya tak lelah mengucap satu nama. FAHMI! Nama
itu yang terus adikmu panggil. Tolong untuk kali ini saja datangkan Fahmi
segera!” Umi Sally kali ini tidak sanggup menahan emosi dan air matanya. Ia
terus berdo’a agar anak gadisnya segera sadar dan tersenyum tulus lagi
kepadanya.
“Al.. Alyssa. Maapkan
Abangmu ini Al! Amran pergi Umi!” pamit Amran segara mengambar kunci motornya
dan segera membawa Fahmi demi adiknya tercinta, Alyssa.
Amran terus memacu
motornya dengan kecepatan tinggi. Dipikiran nya hanya satu bagaimana caranya
agar bisa menyebuhkan adiknya. Atau hanya untuk sekedar sadar dan menyebutkan
namanya.
Amran tiba disebuah kos-kosan
yang terlihat besar. Amran memasuki kosan itu dengan cepat bahkan, ia tidak
sempat membuka helmnya. Amran menanyakan kamar Fahmi kepada anak kosan lainya
namun, setelah tau kamarnya ternyata Fahmi sedang tidak ada dikosanya padahal
hari ini Fahmi tidak ada jadwal kuliah maupun mengajar.
Amran merasakan sesak
dalam dadanya. Sungguh ia tidak ingin kehilangan adiknya tercinta. Adiknya yang
selalu senang tiasa mendengar keluh kesahnya bahkan, tak segan-segan memberikan
arahan maupun nasehat untuk dirinya.
Amran tertunduk lemas diteras
kosan yang terlihat sepi. Amran mengepal tanganya kuat-kuat. Apakah, Alyssa
masih hidup? Apakah Alyssa masih
bertahan? Apakah Alyssa masih menunggu dirinya yang akan membawa Fahmi? Semua
terlintas begitu saja dipikiran Amran. Hingga ..
“Assalamu’alaikum.. Abang
mencari saya?” sebuah suara menghentikan lamunan Amran yang bahkan kali ini
matanya berkaca-kaca. Amran mendongkakan kepalanya. Siapa yang memberi salam,
tapi ah Amran tau pemilik suara ini. Ya dia adalah orang yang sedang ia cari
Fahmi.
Ucapan Syukur terus
terucap dari bibir Amran berkali-kali membuat seseorang dihadapanya melihat
aneh. Amran segera meraih tangan Fahmi dan mengajaknya cepat beranjak dari
kosanya dan segera pergi menuju rumah sakit. Tak taukan dia dan dirinya sedang dinanti oleh seseoarang yang
sangat berarti dalam hidupnya.
“Tunggu bang, antum mau
bawa saya kemana?” tanya Fahmi dengan menghentikan langkah kakinya.
“Jangan banyak tanya. Ada
seseorang yang tengah menunggumu dia sedang berada diambang maut.” Jawab Amaran
dengan suara bergetar menahan rasa sesak dan tangisnya yang ingin pecah.
“Ambang maut? Apa
maksudnya bang?” tanya Fahmi kembali. Kali ini emosi Amran kembali memuncah.
Ia, sungguh tidak memliki banyak waktu untuk menjelaskan semua nya pada Fahmi.
Namun, apa boleh buat. Fahmi harus juga mengetahui semuanya.
“Kau, akan tau setibanya
disana.” Ujar Amran dengan menahan segala emosi dan pedih dihatinya.
Fahmi, mengikuti saja
Amran kali ini. Ia, menggambil helm lantas menaiki motor Amran dengan perasaan
yang entahlah sangat sulit digambarkan. Tiba-tiba saja satu nama terlintas
dibenak Fahmi membuat dadanya terasa sakit, seperti ada tangan tak kasat mata
tengah meremas-remas hatinya. Pedih, ingin sekali menangis.
Fahmi dan Amran tiba
dirumah sakit dimana Alyssa tengah terbaring lemah dengan berbagai alat medis
yang menempel ditubuhnya. Langkah Fahmi terhenti ketika ia melihat Umi Sally
dan Abi hamid tengah menangis. Hatinya sakit, apa yang terjadi mengapa mereka
begitu sedih. Apakah ada yang sakit parah didalam ruangan sana?
“Masuklah, Alyssa sudah
menantimu.” Ujar Umi Sally saat Fahmi menyalami dirinya dan Abi Hamid.
“Fahmi, sudah tidak
memiliki hak atas Alyssa Umi.” Saut Fahmi dengan tertunduk.
“Kali ini tolong antar
Putri Umi yang hendak kembali kepada pemiliknya. Sampaikan 2 kalimat syahadat
disamping telinganya. Katakan bahwa kau sudah memaafkanya, dan katakan bahwa
kau ju..juga masih mencintai nya.” Umi Sally yang kembali menangis.
Fahmi segera memakai baju
steril, langkah kakinya seakan-akan tak mampu lagi melangkah. Dentingan alat
perekam jantung sangat terdengar jelas ditelinga Fahmi sangat melengking.
Seluruh tubuh Fahmi bergetar saat melihat gadisnya ah lebih tepatnya mantan
gadisnya tengah terbaring lemah dengan mata yang tertutup rapat.
Alangkah damainya ia dalam
tidurnya. Fahmi tersenyum saat ia kembali melihat Alyssa meski kali ini ia
disambut dengan wajah pucat Alyssa. Derai air mata mengalir begitu saja disudut
mata Fahmi. Alyssa, gadisnya yang selalu ceria dan periang kali ini hanya diam
tidak ada niatan membuka matanya. Fahmi duduk disebelah Alyssa dengan
membiarkan butiran air matanya mengalir membentuk sungai-sungai kecil
dipipinya.
“A.. Al.. Alyssa...”
Fahmi tidak sanggup melanjutkan kembali kata-katanya. Mulutnya kelu untuk
mengucapkan kata demi kata. Wajah, Alyssa begitu tenang. Tangisnya pecah dengan
dentingan nada perekam jantung yang terlihat naik turun.
“Kata Umi, kau mengejarku
sampai kau sakit benarkah itu hm? Se.. seharusnya kau jangan melakukan itu.
Kenapa kau tid.. tidak memanggil namaku saja. Kau tau? Aku akan dengan senang
hati melihatmu dan segera menghampirimu saat kau memanggil namaku..
“Kata Umi, kau ingin
berbicara kepadaku? Lantas mengapa kau masih diam? Kau tidak ada niatan untuk
bangun dan sadar hm? Sebenarnya aku takut saat, abangmu datang ke kosanku. Tapi
aku lebih takut kehilanganmu..
Fahmi, terus menahan rasa
sesak didadanya yang kian memuncah. Jujur Fahmi, ingin sekali berlari lantas
keluar dan berteriak. BODOH! BODOH! BODOH! Menyapa ia begitu menuruti emosinya
saat itu. Mengapa ia tidak mendengar penjelasan Alyssa terlebih dahulu. Yah,
kali ini Fahmi tau alasan Alyssa memutuskan hubunganya dengan dirinya. Semua
karena Alyssa sakit.
Fahmi, sudah terisak-isak
dalam tangisnya. Tak sanggup lagi melihat Alysssa yang hanya diam dan menutup
matanya rapat-rapat seolah-olah dialam sana terlihat ada ketenangan. Fahmi,
memutuskan untuk beranjak dan pergi namun..
“Fah.. Fahmi.” Sebuah
suara menghentikan langkah Fahmi yang hendak keluar. Membuat tubuh Fahmi dengan
cepat berbalik dan kembali kesamping pemilik suara yang membuat langkah kakinya
tertahan.
“Kau sadar? Iya, biar aku
panggilkan dokter! Kau tunggu.."
“Tidak! Aku terbangun
hanya ingin melihatmu, dan mendengar kata bahwa kau sudah memaafkan ku.” Saut
Alyssa menahan tangan Fahmi dengan erat.
Fahmi hanya diam dan
tertunduk lemas. Tak sanggup Fahmi melihat wajah Alyssa yang kiat memucat. Pipi
merah meronanya hilang ternggelam dinganti dengan wajah yang pucat.
“Kau, sudah tau apa
alasanku memutuskanmu? Iya, benar aku sakit. Sakit jantung! Maafkan aku ya,
jangan pernah membenciku. Aku terluka jika melihat wajahmu kala sendu. Aku
hanya ingin melihat wajahmu tersenyum dan mendengarmu tertawa lepas karenaku.
Waktuku mungkin sudah tak akan lama lagi, jadi aku hanya ingin mendengar bahwa
kau telah memaafkanku.”
“Tidak, tidak ada yang
perlu dimaafkan. A.. Aku yang salah. Aku tidak mendengar penjelasanmu. Maa..
maafkan aku. Kita, kita membuka lembaran baru lagi oke? Kita lanjut ta’aruf
kita. Kita menikah. Kita bangun rumah tangga kita. Aku akan menjadikanmu
bidadari surga.”
“Terima kasih. Sayangnya,
Allah lebih ingin aku segera menemuinya. Aku kan menunggumu dan selalu menjadi
bidadarimu. To.. tolong bisikan dan bimbing aku melafalkan 2 kalimat syahadat.”
Alyssa dengan merengkuhkan tanganya diperutnya dan tersenyum tulus menatap
Fahmi yang dengan suka rela menangis karenanya.
“AS.. ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASULULLAH..” Fahmi dengan melafalkan 2 kalimat syahadat tepat ditelinga Alysssa.
Alyssa lantas tersenyum dan menglafalkan kembali 2 kalimat Syahadat dengan
lantang dan jelas.
“ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN
RASULULLAH..”
Fahmi hanya menangis,
menangis dengan isakan kecil yang sesekali terdengar. Fahmi dapat melihat jelas
wajah Alyssa yang terus memucat dan tubuh yang mulai dingin. Alyssa memberikan
isyarat untuk kembali melafalkan 2 kalimat Syahadat. Fahmi dengan suka rela
terus membimbing Alyssa hingga ia benar-benar terlepas terbang bersama ruhnya.
“AS.. ASYHADU AN-LAA IL.. ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU AN..ANNA
MUHAMMADAN RASULULLAH..”
“A..A..AS.. ASYHADU AN..AN-LAA ILAAHA ILLALLAAH WA.. WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH..”
Tangis Fahmi memecah saat
ia menyadari 2 kalimat terakhir itulah yang menjadi kunci dimana Alyssa akan
menjadi bidadari surga. Alyssa kini benar-benar telah pergi, Allah memang lebih
sayang kepadanya. 2 kilimat Syahadat yang dilafalkan Alyssa sebelum ruhnya terpisah
dengan jasadnya. Akan mempermudah ia jalanya menunju jannah.
“SELESAI”..
untuk melaksanakan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya. Makasih :D BTW, Minal'Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir batin ya, para sobat Blogger. semoga amalan kita selama bulan Ramadhan Allah terima dan dilipat gandakan. serta, semoga kita diperkenankan bertemu kembali dengan Ramadhan tau depan- wassalam :)
No comments:
Post a Comment