Sunday, July 17, 2016

cerpen - ketuklah terlebih dahulu



Original Image- Nurazizahindah
            Andreana Nurdara sedang sibuk dengan materi presentasi yang esok ia dan timnya bawakan. Gadis yang sering dipanggil Dara itu, mengabaikan semua orang yang menyapanya hanya untuk sekedar berpamitan. Jam pulang kantor memang sudah dari 30menit yang lalu, sedangkan Dara masih berkutat dengan laptopnya.

            Dara menyudahi pekerjaanya saat kumandang suara adzan magrib terdengar. Ini batas waktu ia berada dikantor. Dara menghela nafas panjang dan mengeluarkanya perlahan. Syukurlah materi Presentasi untuk esok sudah ia selesaikan.  Langkahnya ia bawa menuju masjid besar yang berada disebrang kantornya. Ini waktunya ia untuk melaksanakan perintah sang pemilik alam semesta. 

 

            Dara mengadahkan tanganya, merebahkan dirinya diatas sajadah. Dara tidak ingin diganggu kali ini, Dara hanya ingin mendekatkan dirinya kepada sang pencipta. Biarkan waktunya kali ini ia gunakan untuk bermanja-manja dan meminta. Toh bukankah karena dirinya ia diberikan nikmat yang cukup.

            Tibalah Dara ditempat dimana ia akan selalu teringat akan masa lalunya. Masa dimana ada seseorang yang selalu menjaga dan menunggunya pulang. Dara tinggal diapatermen milik ayahnya. Kedua orang tua Dara bermukim di Jogya, sedangkan Dara bekerja sebagai editor disebuah penerbitan Novel dijakarta. 

            Dara meraba sebuah foto lama. Nampak seorang pemuda yang sedang duduk disampingnya dengan eskrim yang berada digenggamanya. Dan nampak seorang gadis disamping pemuda itu dengan tawa diraut wajahnya. Dara terisak saat mengingat masa di mana ia masih bersama-sama dengan teman Ta’arufnya. Benar Dara enggan untuk pacaran, ia dipertemukan dengan pemuda itu juga karena orang tuanya. Bahkan cinta hadir begitu saja diantara keduanya. Namun, rupanya sang pemilik cinta enggan menyatukan dua insan tersebut.

            Flashback

            Suatu malam setelah pemuda yang bernama Rendra, baru saja mengantarkan Dara pulang. Malam itu Dara tidak merasakan firasat apapun. Dara lantas memasuki rumahnya dan meninggalkan Rendra yang hendak pulang. Dengan melambaikan tangan dan senyuman yang tak pernah pudar diwajahnya.

            Tidak lama setelah itu Dara menerima sebuah SMS yang berisi.
            Dara, Aku lupa mau memberimu sebuah kejutan. Esok saja ya. Aku pulang. Jaga dirimu baik-baik. Jika rindu sebut namaku dalam do’a-do’amu. Love u.”

            Malam itu juga Dara terlelap dengan sebuah senyuman yang mengiringi ia terlelap dalam tidurnya. Hanya satu alasan mengapa Dara ingin segera kembali membuka matanya setelah terpejam ya,  bertemu kembali dengan sang pengeran. Setelah menunaikan shalat subuh Dara mencari Handphonenya yang ia cas selama semalam. 

            “Ra! Dara... loe udah bangun? Ra buka pintunya.” Dara terpelojat kaget karena suara pintu apatermenya yang diketuk sangat keras dan menampkan seorang gadis yang sudah menjadi sahabat karibnya selama ia pergi kejakarta.
            “Ada apa Fa? Loe pagi-pagi udah ngagetin gue. Kay...”
            “Rendra meninggal Ra!”

            Dara tak mampu melanjutkan kata-katanya yang dipotong oleh  Defa sahabatnya. Tubuh Dara tiba-tiba saja membeku saat indra pendengaranya menangkap dengan jelas pernyataan yang sepantasnya ia tidak dengar. Air matanya begitu saja mengalir dengan deras, dadanya sesak. Bahkan pandanganya kini kabur setelah pernyataan yang dilontarkan oleh Defa sahabatnya.

            “Ra! Loe yang kuat ra, loe pasti bisa tanpa Rendra. Ra.. loe denger gue kan.” Defa dengan mengguncangkan tubuh Dara yang masih tegap berdiri dengan air mata yang terus menetes tepat dikelopak matanya.

            Dara merebahkan tubuhnya keubin yang keras, tangisnya pecah saat ia, menanyakan kembali pada Defa bahwa, apa yang dikatakanya itu benar apa hanya lelucon biasa. Dara menangis sekencang-kencangnya dipelukan Defa. Defa terus menenangkan Dara yang bahkan lulai dengan luka yang menyayat hatinya.

            “Antar gue, ketemu Rendra Fa.” Ujar Dara lirih dengan memcoba berdiri.
            “Iya, gue bakalan anterin loe. Tapi loe harus kuat, loe gak maukan Rendra liat kalau loe selemah ini.” 

            Merekapun bergegas kerumah dimana Rendra disemayamkan. Ya, sepulang dari rumah Dara Rendra mengalami sebuah kecelakaan. Sebuah Truk dengan kencang mengahantam dan menabrak mobil Rendra yang sedang melaju pelan. Rendra sempat sadar saat ia dibawa kerumah sakit, namun tuhan berkehendak lain. Rendra hanya membuka mata hanya untuk sesaat setelah itu. Terbanglah ruhnya meninggalkan tubuhnya yang terbujur kaku dengan luka disekujur tubuhnya.

            Disepanjang perjalanan Dara hanya menatap kosong kedepan. Air matanya masih setia menemani kesedihan yang ia rasakan. Tangan tak kasat matapun semakin meremas hati Dara yang sudah terluka amat dalam. 

            Dara tiba dimana tubuh kaku kekasihnya terbaring. Menyisakan luka yang amat pedih. Dara menghambur begitu saja, membelai wajah Rendra yang putih dan dingin. sebuah senyuman memang tak pernah pudar dari wajahnya meski sudah terpisah dengan ruhnya. Dara menyadari bahwa apa yang ia lakukan akan mempersulit Rendra untuk pergi. 

            “Apakah ini? Apakah ini kejutan yang kamu berikan untuku? Apakah ini! Sungguh bukan ini yang aku inginkan. Bangunlah, bangun dan berikan kejutan yang sesungguhnya untuku. Kau akan melamarku kan? Iya kan. Lantas bangunlah. Dan apakah ini yang kamu maksud kamu akan pulang? Pulang kerumahmu yang abadi. Tidak aku tidak ingin! Kembalilah, kumohon kembalilah. BANGUN!!!” Dara dengan mengguncangkan tubuh Rendra. 

            Flashback end.

            Setelah presentasi selesai Dara menghembaskan tubuhnya dikursi kantornya. Ia masih memikirkan apa yang semalan ia lakukan. Bahkan ia tidak tidur sama sekali hanya karena mengingat dan menangisi kekasih yang telah meninggalkannya dialam keabadiaan. 

            “Kau kenapa?” sebuah suara tiba-tiba saja mengagetkan Dara yang sedang memejamkan matanya dan tampa sadar meneteskan air matanya.
            “Tak baik masih memikirkan orang yang telah pergi meninggalkan kita. Bahkan sampai kau tidak membuka kembali hatimu. Ingat kau sudah memasuki masa dimana kau harus segera menikah.” Ujar seseorang itu kembali.
            “Membuka hati? Untuk siapa.” Jawab Dara masih menghapus air matanya yang tersisa.
            “Untuk ku.” 

            Mata Dara membulat sempurna. Bahkan ia terdiam saat seseorang yang berada dihadapanya mengatakan hal yang sangat membuat jantungnya hampir copot.

            Dara terkekeh. “Sekalipun itu kamu, dia, ataupun mereka diluar sana. Tidak akan ada yang bisa mengetuk dan membuka kembali hatiku yang sudah tertutup rapat karena seseorang yang telah pergi meninggalkanku.” Dara dengan menekan perkataanya.

            “Sudah 1 tahun lamanya Rendra pergi Ra. Kau harus lupakan semua. Kembali kepada lembaran baru, kau harus bangkit. Liat depan Ra, ada seseorang yang lama telah menantimu dalam diam.”

            Dara terisak, mau bagaimanapun hatinya masih terkunci dengan satu nama Rendra. Dara menggelengkan kepala. “Tidak Ram, tidak bisa. Bahkan saat aku mencoba untuk melupakanya, hati ini semakin terluka. Sakit Ram, semua seakan-akan terulang kembali saat aku mencoba untuk pergi. Aku tidak bisa Ram. Aku selalu merasakan sosok Rendra ada menemaniku Ram. Aku sudah lelah! Aku lelah Ram..” Dara dengan menutup matanya dengan kedua tanganya karena tak sanggup menahan air matanya yang sedari tadi ia tahan.

            Rama hanya bisa diam. Ia menggenggam tangan Dara yang bergetar. Mencoba memberikan energi hanya untuk menegarkan dan menguatkan hati Dara yang terluka. Rama menyadari bahwa mana mungkin ia bisa langsung masuk kedalam hati Dara, sedangkan ia belum sama sekali mengetuknya.

            “Aku akan membimbingmu, aku akan mengobati luka pada hatimu. Jangan pernah mencoba melupakanya jika hatimu semakin terluka. Cukup buka hatimu, dengan seiring waktu engkau pasti akan melupakanya. Mungkin aku tidak akan pernah bisa seperti apa yang Rendra buat sehingga kau membiarkan luka bersemanyam dihatimu. Tapi aku akan menjadi Rama, yang akan membiarkan tawa terlukis diwajah teduhmu, Dara.”

`~~~~~~~~` 
untuk melaksanakan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya.
           

No comments:

Post a Comment

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...