Sunday, January 29, 2017

Cerpen - Bintang yang tak lagi sempurna



Original image - Nurazizahindah

            Aku termenung bersama senja.  Disinilah rumah keduaku, ditepi danau dengan beribu rasa yang berkecamuk dalam dada. Senja selalu hadir dengan indahnya, namun senja pula yang selalu menghadirkan gundah tak kala ia pergi bersama keindahanya dan mengubahnya menjadi malam yang kelam. Langit beranjak berubah menjadi mendung, ingin beranjak namun lagi-lagi rasa nyaman menahan semua itu.

            Akhirnya langit menghamburkan tangisnya. Satu persatu tanah yang kering berubah menjadi basah. Seperti air hujan yang datang tak selalu bersama-sama begitupun dengan suka dan duka. Aku beranjak, menepi sejenak dari derasnya hujan. Dibawah pohon besar ini, aku berlindung. Sebelumnya ada seseorang yang selalu menemaniku menikmati senja. Namun, seseorang itu telah pergi. Pergi bersama cinta yang lain.
            Esoknya..
            “Zahra! Kok lo masih disini? Bintang udah pergi sama Angle.” Saut sahabatku Rina.
Hari ini adalah hari dimana aku menyadari bahwa berhubungan denganya hanya membuat luka. Entah luka untuk sendiri atau luka untuk orang lain. Hari ini aku menyadari bahwa cinta yang aku bangun selama bertahun-tahun hanyalah sebuah kebohongan. Perasaan yang aku jaga selama ini pun juga hanya sebuah sandiwara.
Aku masih diam berdiri. Tidak tau apa yang harus aku lakukan. Rina menyadari apa yang berjolak dalam hatiku. Luka ini masih terlalu basah, aku tidak ingin semakin memperdalam luka ini. Bahkan melihat Bintang, ya Bintang. Pemuda yang bertahun-tahun selalu bersamaku. Pemuda yang sekaligus sahabat dan teman yang selalu mendukungku. Namun kini, dia telah pergi, memilih cinta barunya. Aku? Aku hanya angin yang berlalu dalam kehidupanya. 3 tahun memang tak berarti untuknya.
Aku sedikit menyesal mengenalnya. Jika akan begini aku tidak ingin ada perjumpaan yang membuatku mencintainya selama 3 tahun lamanya. Dia mengajarkanku bahwa mencintai seseorang tak perlu melulu pakai hati. Dia memaksaku untuk mundur. Angle, wanita idaman kaum adam seantero kampusku. Wajahnya yang ayu, senyumnya yang manis dan tubuhnya yang mendekati sempurna. Dan AKU? Ahhahahahaha. Aku hanyalah gadis kaku, gadis yang ketinggalan tren di zaman yang semakin canggih ini. Gadis yang memilih menutup dirinya rapat-rapat dengan kain tudung. Gadis yang ingin dicintai oleh satu dari sekian banyaknya kaum adam.
“Hmm.. Ra! Lo beneran mau ikutan tuh seminar? Nanti lo bakal ...”
“Tenang, gue akan pura-pura ga liat mereka.” Jawabku enteng. Aku memutuskan untuk pergi keseminar yang diadakan dikampus dan kebetulan Aku, Rina, Bintang dan juga Angle adalah panitia inti. Alhasil mau tidak mau kita harus selalu standby dilokasi seminar. Ya, termasuk melihat kembali kemersaan Bintang dan Angle.
            Acara seminar berjalan lancar. Semua panitia menyucapkan syukur atas keberhasilan seminar ini. Setelah semua peserta seminar bubar. Panitia diharuskan kumpul kembali, dan ini mengharuskan aku bertatap kembali dengan Bintang dan Angle. Bukan! Bukan aku membenci mereka, hanya saja ada tangan tak kasat mata yang selalu meremas hatiku kuat-kuat. membuat hatiku menjerit keras.
            Aku berjalan gontai kearah panitia yang sudah berkumpul. Semua mata tertuju padaku. Menantapku sayu, seoalah-olah mengisyaratkan kesedihan untuku. Aku tau mereka merasakan apa yang aku rasakan. Bintang yang selama 3 tahun bersama-sama denganku, hari ini menggandeng tangan Angle begitu erat.
            Penutupan panitia berjalan dengan lancar juga. Aku memutuskan untuk kembali ke danau, menikmati senja dan ingin sejenak menepi. Hati ini sudah terlalu lelah. Tangan tak kasat mata selalu mengganggunya.
            Sampailah aku ditepian danau ini. Kembali merenungi kesedihanku. Aku bahkan tidak tau sampai kapan aku terus begini, sesakit ini kah mencintai seseorang yang bahkan telah pergi dalam kehidupan kita. Sebenarnya, aku ingin berhenti. Bahkan ketika aku meneteskan air mata untuk kesekian kali nya. Aku sadar, perkenalan yang pernah terjadi diantara aku denganya, kini membuatku merasakan segalanya. Dan membuatku menyesal. Mengapa seseorang seperti dirinya, sukses memberiku rasa sakit hati sesempurna ini?! Apakah aku pernah melakukan sebuah kesalahan hingga inilah balasanmu untuku?! Ku rasa ini tidak adil.


            Senja kembali meninggalkan malam yang kelam. Mengusirku agar kembali pulang. Setidaknya senja menyadarkanku,  bahwa semua tidak akan selalu indah. Semua akan pergi meninggalkan cerita masing-masing. Untuk mu Bintang, Aku adalah senja, bika kamu menginginkan malam, maka tidak ada tentang aku disana. Aku adalah fajar, bila kamu meninginkan siang, maka tidak ada pula aku disana. Aku tau, Aku tak ada pada inginmu seberapa usaha ku merubah yang ada padaku, jika bukan penciptaku yang mau, apa dayaku. Bintang, Jika kamu mencari apa yang ada padaku. Maka beranjaklah, jangan lagi memintaku. Karna kurangku pun butuh diterima, bukan sekedar menerima lebih ku saja.
 Terima kasih atas luka yang kau torehkan padaku. Kenangan yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk aku melupakanya. Kau hadir dengan membawa arti dalam suka maupun duka. Bahkan, kau rela melakukan apapun demi diriku. Tapi, aku tidak suka saat kau berjanji namun kau ingkari. Seperti halnya saat ini, maaf jika dulu aku berjanji akan selalu menjaga cintaku untuk mu. Kali ini aku akan berusaha untuk MELUPAKANMU.
  

untuk melaksanakan ukuwah dan talisilahturahmi mari berteman FOLLOW - @Nurazizahindah. Syukran, kritik dan pesan silakan langsung mention ke Twitter ajah ya.


INDAH SITI NURAZIZAH

28 JANUARI 2017

20.29 WIB

No comments:

Post a Comment

Kelak, Allah akan hadirkan dia diwaktu yang tepat

cover image by Nurazizahindah Indah Siti Nurazizah   Aku hanya menjadi pereda rasa sakitnya,  bukan menjadi obat penyembuh dari...