HUJAN . . .
Rintik
hujan membasahi sudut kotaku , Rintik hujan membuat alunan nada yang indah .
Kini malam serasa hanyut dalam alunan nya . Gadis itu terus saja memandang
keluar jendelanya merasakan akan rintikan hujan yang membasahi tangan nya .
“ tuhan , kuatkan aku berilah
kesembuhan pada sakitku ini .” guman gadis itu
Pintu kamarpun
berbunyi bertanda bahwa aka nada seseorang yang akan menemui gadis itu .
“ Nak ?” tiba – tiba saja suara
membuyarkan lamunan gadis tersebut.
“ sedang apa kamu nak? Nanti
kedinginan lagi ?” saut ibu itu dengan membelai indah rambut gadis itu .
“ bu aku takut !” . saut gadis itu dengan lembut .
“
kenapa harus takut nak ? semua akan baik – baik saja , ibu yakin kamu pasti
sembuh sudah sekarang kamu tidur yah , besok kan hari pertama kamu sekolah iya kan ?” . “baik bu ..”
Kini
malam pun berlalu , merangkak berubah menjadi pagi yang cerah bulan meyerahkan
seluruh nya kepada matahari untuk menyinari indahnya dunia . Gadis itu pun
sudah siap untuk hari barunya , gadis
itu tampak cantik dengan rambut yang terurai . Gadis itu pun pergi menuju
sekolah barunya dengan semangat tampa memikirkan akan penyakit yang tiba – tiba
saja menghentikan langkah nya .
@sekolah
Taruna Bangsa
Gadis itu pun
bertabrakan dengan seorang pria dengan cepat gadis itu pun berdiri dan meminta
maaf pda pria itu . “ maaf .” ucap gadis
itu lembut . “ gapapa , gw ko yang salah ! maaf .” saut pria itu dengan
membantu membersihkan baju gadis itu .
Gadis itu pun pergi meninggal kan
pria yang ditubruk nya tadi . Dan bergegas menemui kepala sekolah . dan
alangkah terkejutnya gadis itu ternyata gadis itu sekelas dengan pria yang dia
tubruknya tadi
“ selamat pagi , maaf
ya ibu mengganggu sebentar , ibu membawa teman baru untuk kalian silakan perkenalkan diri kamu nak .” saut ibu
kepala sekolah .
“ Terimakasih bu ,
perkenalkan nama saya Adinda Nurazizah , kalian bisa ko panngil saya Dinda ,
saya pindahan dari Bandung , semoga kalian bisa menerima saya , makasih .” ucap
gadis itu .
Jam pelajaran pun dimulai , kini
gadis yang disebut Dinda sudah memiliki sahabat yaitu , luna Raisya dan lagi –
lagi pria yang ditubruknya tadi , yang bernama Andi . Hari hari adinda pun kini
terang tak segelap yang sedikit sedikit takut akan penyakit nya kambuh . Kini adinda
bisa tertawa bahagia dengan senyuman yang selalu menghiasa wajah cantik
nya .
Hingga
suatu ketika sahabatnya Andi menggungkap kan perasaanya pada Adinda yang
merimbas pada Persahabatn mereka yang menjadi hancur . bukan Adinda menjual mahal namun adinda tau
bahwa luna sahabatnya juga menyukai Andi .
saat itu pula penyakit yang di takut adinda kini kambuh dan membuat
penyakit Adinda semakin parah .
“
Din aku suka sama kamu , dari semenjak kita bertemu .” ucap andi sembari
berlutut
Namun
disisi lain luna berbalik dan menangis melihat andi berlutu menyatakan cinta
nya pada Adinda . Adinda pun berasa
bersalah hingga luna berlari dan Adinda pun megejarnya .
“
Din , gmana kamu mau kan jadi pcar aku ?” Tanya andi kembali
“
aku ? aku tidak bisa ndi , ada seseorang yang lebih meyukai mu , ini tindakan
yang slah ndi , liat ndi akibat kamu mengungkap kan persaan kamu ,persahabtan
kita rusak , hancur ndi . kamu itu egois .” ucap Adinda lantas pergi mengejar
luna dan meninggal kan Andi sendiri di
lorong kelas .
Saat
itu pula penyakit adinda kambuh dan semakin parah mungkin karena dia mengejar luna . “
lun , luna maafkan aku ini tak seperti yang kamu pikir kan .” saut
adinda yang berlari mengejar luna . “ terus apa yang aku pikirkan hah ? apa!
Kamu itu menafik din , munafik!” jawab luna sembari mendorong Adinda hingga
terjatuh .
“
lun .. ma , maafkan aku , sunggu aku , aku tidak ada hubungan apa – apa dengan
Andi aku ha, hanya mengagap dia sebatas sahabat , sahabat ko lun .” saut Dinda
dengan terbatah – batah karena menahan sakit nya dan berusaha kuat untuk
menunjukan bahwa dia baik – baik sajah
.
Namun
kini tubuh Adinda pun rapuh dan Adinda pun jatuh pingsan tepat saat andi datang
. dengan hidung yang berdarah andi langsung sigap menahan luna anggar tak jatuh
ke lantai .
“Dinda!
Din bangun din , Gila loe lun loe gak punya perasaan apa dorong dinda samape
dia pingsan .” ucap andi dengan kesal
“
apa ndi ? gak punya perasaan ! loe ndi , loe yang gak punya perasaan .” saut
luna
“
maksud loe apa ?”
“
maksud gue? Hah ! loe ndi loe yang gak punya perasaan ! lo gak pernah anggap
gue ada dan lebih parah nya loe gak pernah ngehargain perasaan gue .” saut luna
dengan nada tinggi
Saat
itu pula andi sadar ya dia emang egois dia gak tau kalu luna juga ternyata
menyukai nya , sebuah perasaan yang luna simpan bertahun – tahun dan menunggu
nya hingga dia mengungkap kan rasa pada luna , namun kini andi malah meyukai
adinda murid baru yang membut luna terluka .
Lalu
Raisya pun datang dan terkejut saat melihat dinda sudah tergeletak dengan
hidung yang berdarah , raisya pun segera menemui mereka dan membawa adinda
kerumah sakit .
“
Ada apa ini ? Adinda! Adinda kenapa ndi , lun ? hah kenapa kalian malah
bertengkar bukan nya membawa luna kerumah sakit ?” ucap Raisya khawatir
Adinda
pun dibawa ke rumah sakit , Raisya pun menghubungi orang tua dari adinda .
Ternyata penyakit adinda kambuh dan semakin parah . Adinda menyidap penyakit
leukimia dan brownitis , penyakit leukimia nya kini stadium nya menigkat dan
bahkan kini adinda kritis dan tak sadrkan diri
Ibu adinda pun sampai
dirumah sakit dan segera menemui dokter spealis yang menangani adinda.
“
Gmana dok keadaan anak saya adinda ?” Tanya orang tua adinda dengan air mata di
pipinya
“ seperti yang sudah saya bilang , penyakit
adinda kini semakin parah , dan memasuki klimak dimana tubuh nya sudah tidak
sanggup menahan sakit nya . Kini hanya
takdir bu yang menentukan semuanya dan ibu cukup berdo’a karna kini tim dokter
sudah angkat tangan karna kanker yang ada di tubuh nya cepat sekali menyebar ,
maaf bu .” tegas dokter
Kini
hanya ada air mata dan penyesalan yang pada dasarnya tidak ada guna nya .
Adinda kritis dan bahkan semakin parah , luna sangat merasa bersalah , dan andi
pun hanya dapat melihat adinda yang lemah dan terbaring dengan oksigen yang
menutupi hidung dan mulut nya . Luna menyadari akan perasaan bahwa andi hanya
mencintai Adinda .
“
lunaa maafin aku ! Ndi maaf kan aku .” ucap luna menyesal
“
din , kamu bangun ya ini aku andi .” ucap andi dengan mata yang berkaca-kaca
Luna pun meyesali
semua nya andai saja saat itu luna tidak mendorong adinda , mugkin adinda kini
masih bisa tertawa bersama mereka . Namun apa lah arti menyesal toh semua sudah
terjadi .
“ Din , kamu bangun yaa , maaf kan
aku ini aku Luna yang telah membuat mu begini , maaf aku din maaf , kamu bangun
din . Aku jahat din aku Egois !” . ucap luna dengan menyesal
“ sudah lun , ini sudah takdir tuhan
yang harus kita jalani . Kini kita harus berdo’a demi kesembuhan adinda .” ucap
Raisya
Saat itu pula adinda meneteskan air
mata dipipinya , Dalam keadaan koma . Dan saat itu pula kondisi Adinda semakin
parah tim dokter pun tak dapat berbuat apa – apa , namun tidak lama kemudian Adinda membuka
mata dan hanya menyucapkan .
“ mahh .. maaf kan dinda .” saut
bibir kecil adinda
Saat
itu pula adinda menutup mata nya kembali dan memasuki masa koma . Adinda pun
hendak di bawa keruang ICU namun tiba – tiba saja sebuah suara menghentikan pergerakan
mereka dan membuat mereka meneteskan air mata . Tittttttttt ……..
Tepat
di hari jum’at adinda meninggal kan semua yang sayang pada nya meninggal kan
semua kenangan indahnya atas kebaikan nya , adinda meninggal dengan senyum yang
meghiasi wajah yang sudah pucat . Adinda pun kini sudah tenang di alam sana ,
umurnya yang singkat dan pertemuan nya dengan penyakitnya , megajarkan kita
bahwa betapa indah nya persahabatan , dan betapa jahatnya sebuah rasa keegoisan
yang bisa menghancurkan sebuah kebahagian .
Rasa
takut bukan lah untuk ditakuti namun rasa takut haruslah kita hadapi .
SELESAI
. . .
Karyaindah39.blogspot.com
|
>>>>>>> KARYAINDAH39.BLOGSPOT.COM
<<<<<<<
Facebook : Indah siti
nurazizah
Twitter : @nurazizahindah
Twitter : @nurazizahindah
Makasih yaa udah baca cerpen saya , maaf kalau jelek ^_^
baru belajar bikin cepen “ syukron” ...
baru belajar bikin cepen “ syukron” ...
KARYA
INDAH SITI NURAZIZAH
No comments:
Post a Comment